UNSUR EROTISME PADA KUMPULAN CERPEN “JANGAN MAIN-MAIN (DENGAN KELAMINMU)
KARYA DJENAR MAESA AYU
Sam Devi Adiyatno
Prodi Pendidikan Bahasa Indonesia
FKIP Universitas Tadulako
Email: samdeviadiyatno@ymail.com
Abstrak
Penelitian
ini bertujuan mendeskripsikan untuk mengetahui tanda-tanda unsur erotisme dan nilai-nilai yang
terkadung dalam unsur erotisme pada kumpulan cerpen “Jangan Main-main (dengan
Kelaminmu) Karya Djenar Maesa Ayu dengan menggunkan toeri semiotik oleh De
Saussure. Penelitian ini merupakan jenis
penelitian kualitatif dengan metode deskriptif dan pendekatan semiotik. Teknik
penelitian yang digunakan adalah teknik kepustakaan dengan analisis data
kualitatif model alir oleh Miles & Hubermas. Analisis data dilakukan dengan
menandai dan menentukan teks cerpen,
mengklasifikasikan teks cerpen,
dan menyimpulkan hasil klasifikasi teks dalam kumpulan cerpen yang selaras
dengan kajian semiotik tentang
tanda-tanda unsur erotisme dan nilai-nilai yang tergambarkan dalam unsur
erotisme. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat tanda-tanda unsur erotisme pada kumpulan
cerpen dan nilai-nilai yang tergambarkan pada unsur erotisme, yaitu nilai
estetika, nilai moral, nilai sosial, nilai budaya, dan nilai pendidikan.
Kata Kunci: Unsur Erotisme; Kumpulan
Cerpen; Kajian Semiotik
PENDAHULUAN
Latar Belakang.
Kajian erotisme merupakan kajian yang menarik karena dalam
diri manusia terdapat impuls. Impuls merupakan gerakan hati yang membangkitkan seks
bagi pembaca dan pendengar sehingga membuat pikiran-pikiran pembaca bekerja
dengan membayangkan peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam pikirannya. Erotisme juga merupakan bagian dari
isi atau pokok permasalahan dalam cerita. Penelitian ini dapat dijadikan masukan tentang
aspek sosial budaya yang ada dalam masyarakat, khususnya untuk mengubah pola
pikir masyarakat tentang erotisme dalam sebuah karya sastra
Rumusan
Masalah.
1. Bagaimana
tanda-tanda yang menunjukan unsur erotisme dalam kumpulan cerpen “Jangan Main-main
(dengan Kelaminmu)” karya Djenar Maesa Ayu?
2. Nilai
apa yang tergambarkan pada tanda-tanda erotisme dalam kumpulan cerpen “Jangan
Main-main (dengan Kelaminmu)” karya Djenar Maesa Ayu?
Tujuan
Penelitian.
1. Mendeskripsi
dan menjelaskan tanda-tanda yang menunjukan unsur erotisme dalam kumpulan
cerpen “Jangan Main-main (dengan Kelaminmu)” karya Djenar Maesa Ayu?
2. Mendeskripsi
dan menjelaskan nilai tanda-tanda yang tergambarkan pada tanda-tanda erotisme
dalam kumpulan cerpen “Jangan Main-main (dengan Kelaminmu)” karya Djenar Maesa
Ayu?.
Pengertian Erotisme
Erotisme dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI,
2008:398) didefinisikan sebagai keadaan bangkitnya nafsu birahi, keinginan akan nafsu seks secara terus
menerus. Erotisme tidak
mempunyai makna dasar ”cabul”, melainkan menggambarkan perilaku,
keadaan, atau suasana berdasarkan atau berilhamkan ”libido dan Seks”. Sebaliknya
pornografi mempunyai makna dasar
”cabul”, ”tidak senonoh” dan ”kotor”.
Pembedaan makna dasar ini penting agar lebih memahami makna
erotisme. Erotisme yang sesungguhnya bukan hanya berhungan dengan hasrat
seksual semata yang sering dipandang dangkal, misalnya hubungan suami istri.
Contoh lainnya, senyum seorang wanita berjilbab dapat dianggap erotisme jika
seorang laki-laki yang memandangnya dapat menimbulkan ketertarikan pada wanita
itu.
Perbedaan Erotisme dengan Pornografi
Menurut Dr. H.B.
Jassin (dalam Lesmana, 1995:109) pornografi adalah setiap tulisan atau gambar
yang ditulis atau digambar dengan maksud sengaja untuk merangsang seksual.
Pornografi membuat fantasi pembaca menjadi bersayap dan melayap ke
daerah-daerah kelamin yang menyebabkan syahwat berkobar-kobar, sedangkan dalam pronografi yang menonjol adalah penggambaran secara sengaja
tingkah laku seksual dengan tujuan membangkitkan nafsu seksual.
Pengertian Semiotik
Menurut Ferdinand De
Saussure (Junaedi, 2009) semiotik dibagi menjadi dua aspek, yaitu
penanda (signifier) dan pertanda (signified). Penanda dilihat sebagai
bentuk/wujud fisik dapat dikenal melalui wujud karya arsitektur, sedang
pertanda dilihat sebagai makna yang terungkap melalui konsep, fungsi atau
nilai-nlai yang terkandung didalam karya arsitektur. Semiotik adalah ilmu tentang
tanda-tanda (Pradopo, dkk., 2001:67).
Secara etimologis, semiotik berasal dari kata Yunani
“Semion” yang berarti “Tanda”. Tanda itu sendiri diartikan sebagai sesuatu yang
dapat mewakili sesuatu yang lain. Secara terminologis, semiotik dapat diartikan
sebagai ilmu yang memepelajari sederetan peristiwa yang terjadi diseluruh dunia
sebagai tanda.
Karya sastra merupakan struktur sistem
tanda-tanda yang bermakna. Dalam kajian semiotik, ada dua aspek, yaitu penanda
(signifier) atau yang menandai, yang merupakan bentuk tanda, dan
pertanda (signified) atau yang ditanda yang merupakan arti tanda
(Pradopo, dkk., 2001:68). Contoh:
ketika orang menyebut kata “anjing” (signifier) dengan nada mengumpat maka hal
tersebut merupakan tanda kesialan (signified). Begitulah, menurut Saussure,
“Signifier dan signified merupakan kesatuan, tak dapat dipisahkan, seperti dua
sisi dari sehelai kertas.
Nilai
Nilai adalah suatu ukuran menyangkut isi, banyak atau
sedikit, mutu, sesuatu hal yang penting atau berguna. Dalam sehari-hari, nilai
diartikan sebagai segala sesuatu yang dianggap baik atau buruk. Kata “nilai” biasanya digunakan
untuk menunjuk dan menyatakan sifat dari hubungan sesuatu dengan
kebutuhan. Pada pengalaman kita keseharian, jika hubungan sesuatu dengan
kebutuhan menunjukan kesesuaian atau kecocokan dinyatakan dengan
pernyataan “baik”. Sebaliknya jika hubungan sesuatu dengan
kebutuhan menunjukan tidak ada kesesuaian atau tidak cocok dinyatakan
dengan ungkapan “buruk”. Jadi kata nilai menunjukan kepada kita tentang
hal baik atau buruknya sesuatu jika dihubungkan dengan suatu kebutuhan (Jalius
HR, 2012). Shingga dapat diketahui bahwa konsep dasar nilai berhubungan dengan
kebutuhan hidup manusia.
Nilai
memiliki sifat sebagai berikut:
a. Nilai itu suatu realitas abstrak dan
ada dalam kehidupan manusia.
b. Nilai memiliki sifat normatif,
artinya bahwa nilai itu mengandung harapan, cita-cita, dan suatu keharusan
sehingga nilai memiliki sifat ideal. Nilai diwujudkan dalam bentuk norma
sebagai landasan manusia dalam bertindak.
c. Nilai berfungsi sebagai daya dorong
atau motifator bagi manusia dan manusia itu sendiri merupakan pendukungnya.
Manusia dalam bertindak didasarkan dan didorong oleh nilai yang diyakininya.
Dalam menciptakan cerpen pengarang tidak menuliskan secara
langsung nilai-nilai yang terkandung di dalamnya, untuk itu harus membacanya
secara tuntas. Cerpen yang merupakan cetita yang berdasarkan fenomena-fenomena
kehidupan nyata sehingga terdapat banyak nilai-nilai yang meliputi banyak bidang kehidupan
manusia. Nilai dalam cerpen adalah sesuatu yang dapat diambil atau dipetik dari
cerpen yang bersifat edukatif, menambah pengetahuan, memberikan hiburan, atau
yang dapat memanusiakan manusia sehingga berguna bagi manusia dalam kehidupan
sehari-hari.
Dengan demikian, penulis menyimpulkan bahwa nilai adalah
bentuk kenyaataan yang abstrak tentang baik buruknya suatu objek yang
berhubungan dengan kebutuhan sebagai landasan dan motivator bagi manusia dalam
bertindak dan menentukan pilihan. Dengan kata lain, nilai itu tercipta karena
adanya kenyataan lain atau kenyataan sebelumya sebagai pembawa nilai.
Nilai-nilai
yang terkandung dalam cerpen, dapat dikemukakan sebagai berikut, nilai
estetika, nilai
moral, nilai sosial, dan nilai pendidikan.
Kerangka Pemikiran
Sesuai
dengan tujuan penelitian, rancangan pemikiran berpatokan pada unsur erotisme dan kajian
semiotik yang berdasarkan teori Ferdinand De Saussure dalam aspek penanda dan
petanda. Penanda dilihat sebagai bentuk/wujud fisik dapat dikenal melalui wujud
karya arsitektur, sedang petanda dilihat sebagai makna yang terungkap melalui
konsep, fungsi atau nilai-nlai yang terkandung didalam karya arsitektur. Lebih
ringkasnya, Pradopo, dkk (2001:67) Semiotik adalah ilmu tentang tanda-tanda.
Berdasarkan teori yang digunakan, kata-kata
atau kalimat dalam kumpulan cerpen JMdK dianggap sebagai penanda atau wujud
fisik yang mewakili perasaan, gasasan pemikiran pengarang. Maka dari itu,
penanda unsur erotisme diperoleh dari kata atau kalimat yang berhubungan dengan
seksualitas. Sedangkan petanda dari unsur erotisme adalah arti atau makna
sebenarnaya dari petanda yang mampu membangkitkan libido atau hasrat seksual
alami pembaca. Selain itu, penulis juga mengomentari tentang penyebab penanda
mengandung unsur erotisme dan keududukan penanda eorisme dalam isi cerpen.
Setiap karya sastra mengandung nilai-nilai didalmnya, dalam
kumpulan cerpen JMdK ada beberapa nilai yang tersirat sebagai bahan
pembelajaran atau pertimbangan dalam berperilaku di masyarakat. Berdasarkan
hasil analisis data yang diperoleh dan berdasarkan cerpen, penulis melakukan
anlisis tentang nilai-nilai apa saja yang dapat dipetik dari tanda-tanda unsur
erotis.
METODE
PENELITIAN
Metode yang digunakan
dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan pendekatan semiotik. Jenis penelitian yang
digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Teknik pengumpulan data
yang peneliti gunakan untuk memperoleh data dan informasi mengenai tanda-tanda unsur erotisme
sebagai berikut:
(a) memiliki,
(b) membaca,
(c) memahami,
(d) menandai,
(e) mengklasifikasikan,
(f) mencatat hasil tanda-tanda unsur erotisme pada kumpulan cerpen
“Jangan Main-main (dengan Kelaminmu).
Data yang telah
ditemukan adalah kata atau
kalimat yang terdapat dalam kumpulan cerpen “Jangan Main-main (dengan Kelaminmu)
karya Djenar Maesa Ayu. Data tersebut ditandai dengan kode (PUE 1), (PUE 2), dan seterusnya.
Selanjutnya, kode (JMdK,
2007: 1), JMdK
menunjukkan inisial judul pada
kumpulan cerpen yaitu Jangan Main-main (dengan Kelaminmu),
angka 2007 menunjukkan tahun
terbit novel, kemudian angka 1
menunjukkan halaman pada cerpen,
dalam halaman inilah termuat teks-teks yang mendukung data unsurerotisme yang akan diteliti.
Teknik
Analisis Data
Teknik analisis data
yang digunakan yaitu teknik analisis data model alir dari pendapat Miles &
Hubermas (dalam Sugiyono, 2008:337). Peneliti melakukan langkah-langkah untuk
menganalisis data sebagai berikut:
(a)
menandai dan menentukan
teks cerpen yang menunjukkan unsur erotisme yang selaras
dengan pendekatan yang digunakan dalam penelitian,
(b)
mengklasifikasikan teks
cerpen yang selaras dengan kajian
semiotik,
(c)
menyimpulkan hasil
klasifikasi teks cerpen
yang selaras dengan kajian semiotik,
(d)
apabila hasil
penelitian sudah akurat serta data yang dibutuhkan telah lengkap maka
penelitian ini dianggap berakhir.
Sumber Data dan Instrumen Penelitian
Sumber data yang digunakan penulis yaitu
teks kumpulan cerpen Jangan
Main-main (dengan Kelaminmu) karya Djenar Maesa Ayu. Dalam
penelitian ini, yang menjadi instrumen atau alat yang merujuk pada sarana
pengumpulan data adalah teks kumpulan
cerpen Jangan Main-main (dengan
Kelaminmu) karya Djenar Maesa Ayu dan
peneliti sendiri yang bertugas sebagai instrumen kunci.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penanda Unsur Erotisme
(PUE 1) Bagi
pria semapan saya, hanya dibutuhkan beberapa jam untuk main-main, mulai main
mata hingga main kelamin. (JMdK, 2007: 1)
Penanda :
main-main, main mata dan main kelamin
Pertanda :
Kata main-main dalam kutipan berarti
suatu hubungan seksual yang dilakukan suami. Kata main mata diartikan sebagai awal interaksi atau mengawali suatu
hubungan dengan sapaan atau sebuah rayuan kepada seorang perempuan. Sedangkan
kata main kelamin diartikan melakukan
hubungan seksual.
Penjelasan : Kata
main-main mengandung unsur erotisme
karena di dukung kalimat sebelumnya hanya
dibutuhkan beberapa jam, maka kata main-main
dapat digambarkan oleh pembaca melalui imajinasi adalah sebuah hubungan seksual
sehingga mampu membangkitkan libido atau hasrat seksual. Kata main mata dikategorikan unsur erotisme
karena konotasinya sebagai suatu kegiatan menarik perhatian lawan jenis secara
genit. Sedangkan main kelamin sudah
jelas termasuk unsur erotisme karena artinya adalah bubungan seksual.
Selanjutnya, isi kutipan menggambarkan sang suami yang bermodalkan kekayaan
tidak memerlukan waktu yang lama untuk melakukan hubungan seksual dengan
berbagai selingkuhannya demi memenuhi kebutuhan hasrat seksualnya.
(PUE 2) Bayangkan!
Berapa banyak main-main yang bisa saya lakukan dalam lima tahun? (JMdK, 2007:
1)
Penanda : main-main
Pertanda : Kata main-main merupakan
representasi dari hubungan percintaan yang berhubungan dengan
seksualitas atau hubungan serius bagaikan suami istri namun tidak terikat
pernikahan, dengan kata lain perselingkuhan.
Penjelasan : Penanda pada data (PUE4) merupakan
satu kesatuan kalimat yang mampu
menumbuhkan unsur erotisme melalui daya imajinasi pembaca karena kata main-main di atas representasi dari
hubungan sesksual yang telah dilakukan suami dengan selingkuhannya.
Selanjutnya, bahwa isi dari kutipan menggambarkan berapa banyak sang suami
melakukan hubungan seksual dengan pasangan selingkuhan selama lima tahun.
(PUE 3) Nai bukan lagi perempuan berkaus kutang. Ketika
Nai membaca, ia adalah perempuan berkutang yang digarap di atas meja direktur.
Ia adalah perempuan berpayudara besar yang dapat menjepit penis laki-laki di
antara payudaranya saat sedang mengalami menstruasi. Ia adalah perempuan yang
bisa mengencani dua laki- laki dalam sehari. Bahkan ia adalah perempuan yang dapat berhubungan seksual dengan empat
laki-laki sekaligus! Dengan menggunakan lubang vaginanya, lubang anusnya,
lubang mulutnya, dan... sela payudaranya. (JMdK, 2007: 111)
Penanda : digarap,
menjepit penis laki-laki, mengencani, berhubungan seksual dengan empat
laki-laki sekaligus, lubang vaginanya, lubang anusnya, lubang mulut, dan sela payudaranya
Pertanda : Penanda erotisme yang merupakan penggambaran
perasaan tokoh saat membaca buku stensilan.
Digarap berarti disteubuhi
oleh laki-laki, menjepit penis laki-laki bermakna
yang sebenarnya, mengencani bermakna
berhubungan seksual dengan laki-laki,
berhubungan seksual dengan empat laki-laki sekaligus, lubang vaginanya, lubang
anusnya, lubang mulut, dan sela
payudaranya meruppakan arti yang sesungguhnya.
Penjelasan : Penanda pada data (PUE20) memiliki makna suatu aktivitas hubungan
seksual, hasrat seksual yang besar, dan sangat bergairah berdasarkan perasaan
tokoh Nai. Perasaan percaya diri Nai muncul saat mebaca buku stensilan, berupa
hasrat seksual yang tinggi seperti yang digambarkan pada data (PUE20). Unsur
erotime yang merupakan bagian dari inti cerita, diungkapkan secara
terang-terangan sehingga memberikan dampak munculnya hasrat seksual pembaca.
Penjelasan seksual yang diungkapkan masih dalam batas erotisme, karena dalam
penuturannya pengarang hanya memberikan gambaran bagaimana perasaan Nai saat
membaca buku stensilan. Saat membaca buku-buku stensilan, Nai merasa
menyukainya dan menghayatinya seakan dia tidak lagi memiliki kekurangan pada
tubuhnya, karena memiliki payudara yang kecil.
Nilai Estetika dalam Kumpulan Cerpen JMdK
Nilai
Etetika ditandai pada ide-ide cerita diambil dari sudut pandang
manusia terluka, marginal, dan terkhianati akibat kehidupan seksualitas dan karakter-karakter
tokoh dalam cerpen dapat dikatakan karakter antihero, karakter paradoks yang
tercipta dari lingkungan yang brutal atau keras. Gaya bahasa metafora,
personifikasi dan teknik penulisan pengulangan atau
repitisi merupakan ciri khas pada cerpen. Serta pemilihan
diksi yang dikatakan berani sehingga membangkitkan libido pembaca sebagai
penggambaran hubungan seksualitas, namun masih jauh dari kesan pornografi.
Nilai Sosial dalam Kumpulan Cerpen JMdK
Nilai sosial ditandai pada hasrat seksualitas yang sering
dianggap tabu sebagian orang.
Bahwa,
hasrat seksual yang dimiliki setiap manusia mampu mempengaruhi hubungan antar
sesama, apakah mampu mempererat atau merenggangkan suatu hubungan. Seperti
seorang suami yang sudah tidak memiliki hsrat seksual kepada istrinya atau
sebaliknya, maka hubungan yang terjalin akan merenggang sehingga dapat
menimbulkan perselingkuhan. Hal lainnya adalah saat hasrat seksual menjadi hal
yang dianggap biasa dan wajar dalam hubungan pertemanan akan meimbulkan
perilaku pergaulan bebas.
Nilai Moral dalam Kumpulan Cerpen JMdK
Nilai moral ditandai berdasarkan perwakilan makna dari keseluruhan isi cerpen, bahwa kelamin adalah anugerah Tuhan yang
ditetapkan untuk dijaga sebaik mungkin, karena dapat mencerminkan kebaikan atau
keburukan. Seperti yang tergambarkan dalam cerpen, kelamin menandai suatu
hubungan percintaan atau kasih sayang bukanlah hal main-main, bagaikan hamis
manis sepah dibuang. Hal tersebut mengajarkan kita untuk serius dalam menjalin kasih sayang
baik dalam hubungan pernikahan maupun pertemanann karena hasrat seksual
merupakan cerminan diri apakah perilaku yang kita lakukan baik atau buruk.
Nilai
Pendidikan dalam Kumpulan Cerpen JMdK
Nilai
pendidikan yang dapat dipetik adalah tidak mencontoh gaya hidup bebeas seperti
pergaulan bebas yang dapat mengarah pada hubungan seksual di luar nikah, karena
dapat mempengaruhi etika yang kurang baik, prestasi belajar menurun, penyakit kelamin
sepeti HIV AIDS akibat hubungan seksual, kehamilan di luar nikah, dan praktek
aborsi serata akan memicu timbulnya generasi bangsa
dengan kualitas rendah. Kemampuan
berbicara sangat penting dalam proses belajar. Serta, dengan kemampuan
berbicara yang baik, kita mampu mengungkapkan pikiran, ide atau gagasan saat
proses pembelajaran ataupun didepan khalayak umum dan berguna untuk masa depan.
KESIMPULAN
Penanda unsur erotisme yang dituturkan
pengarang pada cerpen bermaksud tidak sengaja membangkitkan hasrat seksual
pembaca. Unsur erotisme hanya sebuah pencitraan tokoh atau situasi kondisi yang
merupakan pokok cerita dan tidak dapat dipisahkan. Melalui gaya bahasa metafora
dalam mengungkapkan hubungan seksualitas, penanda erotime masih dalam tataran wajar
dan tidak memberikan kesan pornografi.
Berdasarkan analisis, peneliti
memperoleh nilai-nilai yang terkandung dalam kumpulan cerpen JMdK, yaitu:
1.
Nilai Estetika
Ide-ide cerita
diambil dari sudut pandang manusia terluka, marginal, dan terkhianati akibat
kehidupan seksualitas dan karakter-karakter tokoh dalam cerpen dapat dikatakan
karakter antihero, karakter paradoks yang tercipta dari lingkungan yang brutal
atau keras. Gaya bahasa metafora, personifikasi dan teknik
penulisan pengulangan atau repitisi merupakan ciri khas pada cerpen. Serta pemilihan
diksi yang dikatakan berani sehingga membangkitkan libido pembaca sebagai
penggambaran hubungan seksualitas, namun masih jauh dari kesan pornografi.
2.
Nilai Sosial
Bahwa hasrat seksualitas yang sering dianggap tabu dapat
mempengaruhi hubungan kehidupan sosial, dengan demikian perlu menjaga dan
mengendalikan hasrat seksual yang kita miliki sebaik mungkin agar tidak menjadi
permasalahan bagi diri kita ataupun orang lain.
3.
Nilai Moral
Dari analisis cerpen, judul JMdK merupakan perwakilan makna
dari keseluruhan isi cerpen, bahwa kelamin
adalah anugerah Tuhan yang ditetapkan untuk dijaga seaik mungkin, karena
dapat mencerminkan kebaikan atau keburukan. Seperti yang tergambarkan dalam
cerpen, kelamin menandai suatu hubungan percintaan atau kasih sayang bukanlah
hal main-main, bagaikan hamis manis sepah dibuang. Mengajarkan kita untuk
serius dalam menjalin kasih sayang baik dalam hubungan pernikahan maupun
pertemanann karena hasrat seksual merupakan cerminan diri apakah perilaku yang
kita lakukan baik atau buruk.
4.
Nilai Pendidikan
Berdsarkan hasil analisis cerpen, nilai pendidikan yang
dapat dipetik adalah tidak mencontoh gaya hidup bebeas seperti pergaulan bebas
yang dapat mengarah pada hubungan seksual di luar nikah, karena dapat
mempengaruhi etika yang kurang baik, prestasi belajar menurun, penyakit kelamin
sepeti HIV AIDS akibat hubungan seksual, kehamilan di luar nikah, dan praktek
aborsi serata akan memicu timbulnya generasi bangsa
dengan kualitas rendah.
kemampuan
berbicara sangat penting dalam proses belajar. Serta, dengan kemampuan
berbicara yang baik, kita mampu mengungkapkan pikiran, ide atau gagasan saat
proses pembelajaran ataupun didepan khalayak umum dan berguna untuk masa depan.
Daftar Rujukan
Afriyanti. (2011). Analisis
Unsur Tema dan Penokohan dalam Cerpen Ferina Karya Sori Siregar. Untad:
skripsi tidak diterbitkan.
Alibaba. (2010). Penelitin
Kepustakaan, (Online)
Ariadi, F. (2012). Estetika,
(Online) Tersedia:http://aboutestetika.blogspot.com/ [05 November 2013]
Ayu, D.M. (2007). Jangan
Main-Main (dengan Kelaminmu): Kumpulan Cerpen. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama.
Citizen Jurnalism/Tim
Penyusun. (2013). 62,7 persen siswi smp
tidak perawan, (Online) Tersedia:http://www.citizenjurnalism.com/hot-topics/627-persen-siswi-smp-tidak-perawan/[3 Oktober 2013]
Haryanto. (2012). Pengertian Pendidikan Menurut Ahli. (Ofline) Tersedia: http://belajarpsikologi.com/pengertian-pendidikan-menurut-ahli/ [6 November 2013]
Hudayat, A.Y. (2007). Modul: Metode Penelitian Sastra. Bandung: Fakultas Sastra Universitas
Padjadjaran.
Jalius, HR.
(2012). Teori Nilai. (Online) Tersedia:http://jalius12.wordpress.com/2012/03/10/teori-nilai/ [5
November 2013]
Junaedi. (2009). Teori
Semiotik, (Online) Tersedia:http://junaedi2008.blogspot.com/2009/01/teori-semiotik.html [27 Desember 2012]
Kamus Bahasa Indonesia/Tim penyusun. (2008). Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat
Bahasa.
Lesmana,
T. (1995).
Pornografi dalam Media Massa. Jakarta.
Puspa Swara
Moleong, J.L. (2006). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Perpustakaan Cyber/Tim Penyusun. (2013). Pengertian Nilai dan Nilai Sosial di
Masyarakat. (Offline)
Tersedia:http://perpustakaancyber.blogspot.com/2013/05/pengertian-nilai-dan-norma-sosial-di-masyarakat.html
[06 November 2013]
Pradopo, Rachmat Djoko. dkk. 2001. Metodologi Penelitian sastra.
Yogyakarta: PT. Hanindita Graha Widya.
Pundentia, MPSS. (2008). Metodologi Kajian Tradisi Lisan.
Jakarta: Asosiasi Tradisi Lisan (ATL).
Sadidalila. (2009). Semiotika, (Online), Tersedia:http://sadidadila.wordpress.com/2009/12/03/semiotika.html [27 Desember 2012]
Sitanggang, S.R.H., Suyanto, S. dan Sasmito, J.A.
(2002). Unsur Erotisme: dalam Novel
Indonesia 1960-1970-an. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Sugiyono. (2008). Metode
Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Bandung:
Alfabeta.
Tempakul, A. (2012). Pengetiaan Nilai Pemdidikan, (Offline) Tersedia:http://konselingsebaya.blogspot.com/2012/06/pengertian-nilai-pendidikan.html [7 Oktober 2013]
Udin, N. (2012). Konsep
Moral menurut Raghib Al Isthfahani. (Offline) Tersedia:http://nasar-udinn.blogspot.com/2012/12/konsep-moral-menurut-raghib-al-ishfahani.html [6 November 2013]
Zaidan, A.R., Mujiningsih, E.N. dan Santosa, P.
(1998). Unsur Erotisme: Dalam Cerpen
Indonesia 1950-an. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar