Kamis, 21 November 2013

Kohesi dan Koherensi Wacana

Kohesi dan Koherensi Wacana

Pengertian Kohesi dan Koherensi
Suatu teks memerlukan sebuah unsur pemebntuk teks. Kohesi adalah salah satu unsur pembebtuk teks yang penting. Bown dan Yule (1983:191) menyatakan bahwa unsure pembentuk itulah yang membedakan sebuah rangkaian kalimat  sbagai tek atau bukan teks. Kohesi adalah hubungan dalam teks yang oleh penggunaan unsur bahasa. Untuk menghubungkan informasi antarkalimat dalam wacana digunakan kata hal itu, disamping itu, dan akibatnya. Kata-kata itu dapat dilihat jelas, yang disebut sebagai katon atau pengikat formal. Selanjutnya, istilah yang digunakan untuk mengacu katon itu disebut kohesi.
Untuk membentuk wacana yang baik tidak cukup hanya menggunakan kohesi, ada hal lain yang harus diperhatikan untuk menciptakan relefansi dan faktor tekstual luar yang ikut dapat membantu menciptakan suatu kondisi yang membentuk wacana yang utuh. Faktor lain itu adalah koherensi teks.
Kohesi wacana ditentukan oleh hubungan yang tampak antar bagiannya, Yang ditandai berupa katon atau pengikat formal namun belum menjamin tersusunnya wacana yang baik dan utuh. Perlu adanya koherensi  untuk membentuk wacna yang utuh dan baik. Koherensi adalah kepaduan hubungan maknawi  antar bagian-bagian wacana.
Wacana kohesi berbeda dengan wacana padu. Pada wacana kohesif menggunakan menggunakan kohesi pengulangan kata dalam setiap kalimat pada paragraph.  Namun, paragraph itu tidak padu dan digolongkan paragraph yang jelek, sebab antar bagian dalam peragraf tersebut tidak memiliki hubungan maknawi atau koherensi. Sedangkan pada wacana padu, bagian-bagian pada wacana saling mempunyai kaitan secara maknawi, misalnya kalimat yang merupakan penjelasan rinci kalimat sebelumnya. Jadi untuk mciptakan wacana yang yang baik dan padu harus terdapat dua unsur diatas, tidak hanya kohesif namun harus ada hubungan maknawi, begitu juga sebaliknya.
Ada wacana yang mempunyai koherensi baik, namun tidak menampakkan kohesinya. Hal ini dapat kita lihat dalam contoh percakapan. Misalnya dalam konteks percakapan sesorang menyampaikan pesan kepadaorang lain bahwa dia tidak bias mengankat telpon kerena sedang sedang mandi.
            A         : ada telepon.
B         : aku sedang mandi.
C         : beres.
Telah terjadi lompatan ide, namun tetap memiliki hubungan maknawi  dan itu semua tidak terlepas dari konteks.
Dapat diketahui bahwa kohesi hanya merupakan salah satu cara membentuk koherensi.menurut Rantel (1986:288) ada beberapa cara lain untuk menciptakan  koherensi.
koherensi tersebut dapat diciptakan dengan menggunakan bentuk-bentuk yang mempunyai hubungan parataksis dan hipotaksis. Parataksis dapat diciptakan dengan menggunakan pernyataan atau gagasan yang sejajar dan subkoordinatif. Penataan koordinatif berarti menata ide yang sejajar secara berurutan.
Contoh:
a.       Manusia bernafas dengan paru-paru.
b.      Ikan menggunkan insang.
Bila keduanya diurutkan, akan mudah menganilisnya karena memiliki hubungan kesejajaran, yaitu system pernapasan,dan oleh itu kedua topic tersebut memiliki hubungan koherensi.
a.       Rumah pak gubernur sangat indah.
b.      Lantainya terbuat dari keramik buatan Italia dan lampunya terbuat dari Kristal dari sana juga.
Lantai merupakan subkoordinatif (bawahan) dari kata rumah. Kedua kalimat menunjukan hubungan subkoordinatif, dan mudah dipahami.
Hubungan hipotesis dapat diciptakan dengan mengungkapkan kondisional dan penambahan/kelanjutan. Contoh:
a.       Dia bekerja keras memperjuangkan hak asasi manusia selama bertahun-tahun.
b.      Kemarin, dia mendapatkan piagam penghargaan dari presiden.
Hubungan kedua kalimat tersebut ada karena mengandung hubungan kondisioanal. Selanjutnya comtoh hubungan penambahan.
a.       Kemarin mobil Nyoman hampir dicuri orang.
b.      Untunglah ada peronda yang mengatahuinya.
Kalimat tersebut mengandung hubungan penambahan secara sistematis, sehingga hubungan kedua kalimat tersebut dapat dikenali.
Koherensi wacana dapat dibentuk dengan menyusun ide-ide secara runtut, logis dan tidak keluar dari topik.

Piranti Kohesi (cohesion device)
Menurut Halliday dan Hasan (1976), unsur kohesi terdiri dari dua macam, yaitu gramatikal dan leksikal. Hubungan gramatikal diklasifikasikan berdasarkan bentuk bhasa yang digunakan.  Hubungan gramatikal dibedakan menjadi referensi, subtitusi, dan elips. Selanjutnya hubungan laksikal diciptakan dengan menggunakan bentuk-bentuk leksikal seperti reiterasi dan kolokasi.
Unsur elips merupakan penghilangan unsure bahasa yang senestinya digunakan , berarti elips itu menghilangkan unsure bahasa yang tampak yang dapat menunjukan hubungan kohasif. Contoh:

a.       Apakah kamu suka segalas bir?
b.      Ya, saya suka.
Selanjutnya, piranti kohesi gramatikal yang berupa referensi dan subtitusi (Brown dan Yule, 1983; Cook, 1989) sangat sulit dibedakan. Referensi biasanya dibedakan menjadi dua, yaitu eksofora dan endofora. Endofora meliputi anaphora dan kataforatidak dapat dibedakan dengan subtitusi. Tapak jelas pada Brown dan Yule (1983). Mereka tidak membedakan secara tegas antara endofora dan subtitusi. Disamping itu, eksofora (Brown dan Yule, 1983) dimaksudkan untuk menunjukan hubungan teks dengan unsure luar, seperti contoh:
Lihat itu. (itu = matahari)
Hal tersebut tmpak jelas bahwa eksofora bukan merupakan piranti kohesi, karena tidak menunjukan hubunagan antar bagia dalam teks, dan lebih cocok digunakan sebagai unsur koherensi teks.
Selain hal d atas, kohesi dapat diciptakan dengan piranti konjungsi. Berdasrka taksonomi Brown dan Yule (1983) piranti konjungsi meliputi:
a.       Penambahan: dan, atau, selanjutnya, senada, tambahan, dan sabagainya.
b.      Adversative: tetapi, namun, sebaliknya, meskipun demikian, dan sebagainya.
c.       Kausal: konsekuensinya, akibatnya, dan sebagainya.
d.      Waktu: kemudian, setelah itu, satu jam kemudian, dan sebagainya.
Piranti kohesi yang digunakan orang dewasa ternyata sangat berbeda dengan piranti kohesi yang digunakan anak-anak. Keenan (1983) menyimpulakan piranti kohesei pada anak-anak berkembang sesuai dengan perkembangannya.pada ana usia 2,5 tahun piranti kohesi yang digunakan adalah repitisi. Namun repitisi yang digunakan anak-anak dan orang dewasa berbeda, menurut Brown seperti berikut:
a.       Pengulangan bentuk secara penuh,
b.      Pengulanngan sebgian bentuk,
c.       Pengulangan dengan penggangtian,
d.      Pengulangan dengan pronominal, dan
e.       Pengulangan dan penghilangan.

Piranti Kohesi Gramatikal
Piranti ini merupakan piranti atau penanda kohesi yang melibatkan unsur-unsur kaidah bahasa. Digunakan untuk menghubungkan ide antar kalimat yang terbatas. Dalam bahasa Indonesia meggunakan piranti gramatikal sebagai berikut:

Referensi
Secara tradisonal refensi berate hubungan antar kalimat dengan benda. Menurut Lyons (1079:404) mengatakan bahwa antara kata dan bendanya hubungan refensial: kata-kata penunjuk benda. Menurut Lyons, ketika membicarakan referensi tanpa melihat sipenutur tidaklah benar, si penuturlah yang tahu tentang refesi kalimatnya.
Halliday dan Hasaan membedakan referensi menjadi dua, yaitu eksoforis dan endoforis. Referensi eksoforis adalah pengacuan terhadap antaseden yang terdapat diluar bahasa. Sebaliknya endoforis pengacuan terhadap antaseden di dalam teks. Dalam analisis wacana, referensi itu sebagai tindak tanduk penutur.  Refensi sebuah kalimat ditentukan oleh penutur, dan lawan tutur hanya hanya dapat menduga, dan dugaan itu bias benar bias salah.

Refensi Eksofora dan Endofora
Eksofora adalah pengacuan anteseden diluar bahasa, yaitu konteks situasi. Sebagai contoh: itu matahari.kata itu pada tuturan mengacu pada sesuatu diluar teks, yaitu benda yang berpijar yang menerangi ala mini. Sedangkan endofora adalah pengacuan terhadap anteseden di dalam teks. Apabila yang ditunjuk itu sudah lebih dahulu diucapkan atau sudah ada ada pada kalimat yang lebih dahulu disebut anafora (refensi mundur ke belakang), dan jika yang ditunjuk berada didepan atau pada kalimat sesudahnya maka disebut katafora (refensi ke depan).
Refensi Anafora dan Katafora
Jiak sesuatu atau halyang diacu (anteseden) lebih dahulu diturunkan atau pada kalimat yang lebih dahulu sebelum pronomina dinamakan anafora, sedangkan anteseden yang ditemukan sesudah pronomina dinamakan katafora. Baik refensi anaphora atau katafore menggunakan pronominal persona, pronominal penunjuk, dan pronominal komparatif.

Pronomina Persona
Merupakan dieksis yang mengacu pada orang secara berganti-gantibergantung pada “topeng”(proposan) (Fillmore dalam Bright, 1992;281-2)yang diperenkan oleh partisipasi wacana. Pronominal berfungsi sebagai sebagai alat kohesi baik dalam anaphora maupun katafora. Dan juga pronominal ketiga enklinik –nya merupakan alat kohesi wacana.
Perincian prinimuna dalam bahasa Indonesia
a.       Pronominal Takrif
-    Persona pertama         : (tunggal) saya, aku, dan (jamak) kami, kita.
-    Persona kedua            : (tunggal) kamu, engkau, anda, dan (jamak) kalia, kamu sekalian.
-    Persona ketiga            : (tunggal) dia, ia, beliau, dan (jamak) mereka.
b.      Pronominal tidak Takrif: beberapa, sejumblah, sesuatu, suatu, seseorang, para, masing-masing, siapa-siapa.
Persona insane mengacu pada orang sedangkan persona noninsani mengacu selain orang. Persona dalam relasi posesifa adalah pronominal persona yang berelasi kepemilikan, baik enklitik maupun bebas. Pronominal persona dalam relasi yang dienklitikkan tau tidak tersaing yang selalu melekat pada unsure keseluruhannya, seperti hubungan anatra ayam dan kakinya, sedangkan posesif terasingkan sesuatu itu tidak melekat pada sesuatu itu, sperti ayam dan kandangnya.

Pronomina Demonstratif
Adalah kata diektis yang dipaki untuk menunjuk (menggantikan) nomina.pronimina ini dibedakan menjadi  pronominal demonstatif tunggal; ini dan itu, demnstratif turunan; berikut, sekian, demonstrative gabungan; di sini, di situ, di sana, di sana sini, dan demonstrative reduplikasi; begitu-begitu (Kridaklasana, et al., 1985). Lyons menjelaskan pronomina demonstratif terdapat komponen ketentuan; yang ini dan yang itu. selain itu terdapat juga komponen berjarak dan yidak berjarak, baik menunjukan sesuatu yang jauh ataupundekat.

Pronomina Komparatif
Adalah dieksis yang menjadi bandingan bagi antesedennya.  Kata yang masuk dalam pronomina komparatif seperti sama, persis, identik, serupa, segitu serupa, selain, berbeda, dan sebagainya.

Penggantian (subtitusi)
Subtitusi adalah penyuliha suatu unsur unsur  wacana dengan unsur lain yang acuannya tetap sama, dalam hubungan antarbentuk kata atau bentuk lainyang lebih besar dari kata (Halliday dan Hassan, 1979; Quirk, 1985:863).subtitusi merupakan hubunga leksikogramatikal, yakni hubungan tersebut ada pada level tata bahasa dan kosa kata. Subtitusi mempunyai referen setelah ditautkan dengan unsur yang diacunya. Secara umum penggaintian itu dapat berupa kata ganti orang, tempat, dan sesuatu hal.

Piranti Konjungsi
Konjungsi berfungsi untuk merangkaikan atau mengikat beberapa proposisi dalam wacana agar perpindahan ide dalam wacana terasa lembut. Konjungsi juga sebagai sarana untuk menghubungkan dua tau lebih proposisi/ide yang tertuang dalam kalimat, konjungsi digunakan sebagai sarana trnsformasi rapatan. Khusus konjungsi anatarkalimat digunakan sebagai sarana transformasi lanjut.
Konjungsi dugunakan dengan mempertimbangkan logika berpikir. Penggunakan konjungsi yang tidak memeprhatikan logika berpeikir akan membuat wacana tidak apaik, teterutama dilihat dari kepudannya.

Piranti Urutan Waktu
Proposisi-proposisi yang emnunjukan tahapan-tahapan seperti awal, pelaksanaan, dan penyelesaian dapat disusun dengan menggunakan urutan waktu. Urutan waktu dapat dapat dimuali dengan proposisi yang emnunjukan tahap awal dan dilanjutkan ketahap selanjutnya. Dalam bahasa Indonesia tulis, piranti kohesi yang menunjukan urutan waktu seperti: setelah itu, mula-mula, akhirnya, lalu.

Piranti Pilihan
Dalam penggunaan bahasa Indonesia kemungkina untuk memilih suatu peristiwa, barang-barang, keadaan, dan sebagainya dapat dijumpai dalam secara tertulis. Dalam menyatakan dua proposisi yamg menunjukan pilihan sering menggunakan kata “atau”.

Piranti Alahan
Piranti ini menunjukan sebuah suatu peristiwa atau hal yang tidak bisa menyebabkan peristiwa lain, tapi muncul dalam hal itu. contoh:
“mendung kelabu menyelimuti kota metropolitan itu kemarin. Meskipun begitu, tak setetes air pin yang jatuh.”
Hubungan alahan antara dua proposisi dihubungkan degan frase seperti: meski(pun) demikian, meski(pun) begitu, kendati(pun) demikian, kendatipun begitu, biar pun demikian,  dan biarpun begitu.

Piranti Parafrase
Dalam proses berkomunukasi, ada kalanya pengirim pesan dalam mengungkapkan sesuatu merasa masih ada sesuatu pesan yang tersirat (termasuk implikatur) dalam ujaran. Ababila proposisi yang diungkapakan itu tidak berbededa dengan sebelumnya, biasanya digunakan piranti kohesi yan menunjukan paraphrase tersebut. Paraphrase merupakan suatu ungkapan lain yang lebih mudah dimengerti. Buasnya menggunakan frase “dengan kata lain”.  Contoh:
“ perlu juga diperhatikan bahwa sejumblah teori dan pendekatan tersebut, bagi pembaca justru saling melengkapi. Dengan kata lain, apabila tujuan pembaca ingin memahami keseluruhan aspek dalam karya sastra, tidak mungkin mereka memilki satu pendekatan.”
Dalam contoh tersebut,proposisi yang mengikuti dengan kata lain sebenarnya telah dinyatakan dalam kalimat sebelumnya, tetapi tidak diungkapkan dengan yang dinyatakan tersurat.

Piranti Ketidakserasian
Kadang-kadang prorposisi yang diurutkan menunjukan ketidakserasian. Ketidakserasian itu biasanya ditandai dengan perbedaan proposisi yang terkandung didalamnya, bahkan sampai pada pertentangan. Dua proposisi yang tidak serasi biasanya diurutkan dengan piranti tidak serasian. Bentuk ini biasanya dintandai dengan kata atau frase seperti: padahal, dalam kenyataanya, dan sebagainya.

Piranti Serasian
Pranti keserasian digunakan apabila dua buah proposisi itu menunjukan hubungan yang selaras atau sama. Hubungan kesamaan tidak menunujukan adanya penambahan informasi sebelumnya, melainkan adanya perlakuan yang sama antara proposisi sebelumnya  dan yang mengikutinya. Bentuk ini dapan ditandai dengan frase seperti: demikian jua.

Piranti Tambahan (Aditif)
Terkadang informan tidak memberikan seluruh informasi denga menggunakan satu kalimat.  Dalam hal ini penutur menyampaikan dengan cara bertahap. Informasi tambahan itu terkadang lepas dari isi informasi sebelumnya. Untuk itu perlu adanya  piranti kohesi tamabahan agar tampak ada hubungan maknawi.piranti ini, tekadang menghubungkan dua proposisi atau lenih. Piranti konjungsi tambahan antara lain: selain itu, tambahan lagi, pula, juga, selanjutnya, dan, disamping itu.



Piranti Pertentangan (kontras)
Dalam pemakaina bahasa terkang dijumpai atau ditemukan hubungan pertentangan. Hubungan ini terjadi apabila kedua proposisi menunjukan kebalikan atau kekontrasan. Piranti yang biasa digunakan misalnya: (akan) tetapi, sebaliknya, namun, dan sebagainya.

Piranti pebandingan (komparatif)
Dalam perbandingan dapat diketahui ada perbedaan dan persamaan. Piranti transisi perbandingan digunakan untuk menunjukan adanya hubungan persamaan atau perbedaan antar baian yang satu dengan yang lain. Piranti yang biasa digunakan misalnya: sama halnya, berbeda dengan hal itu, sperti, dlam hal seperti itu, lebih dari itu, serupa denga itu, dan sejalan dengan itu.

Piranti Sebab Akibat
Sebab akaibat merupakan kondidi yang saling berhubungan. Hubungan sebab kaibat wacana yang apik ditunjukan oleh piranti akibat-akibat seperti: akibatnya, konsekuensinya, dengan demikian, oleh sebab itu, oleh karena itu.

Piranti Harapan (optatif)
Hubungan optatif terjadi pabila dan proposisi yang mengandung suatu harapan atau doa.sebuah ide yang mnunjukan suatu harapan atau doa biasanya didahului dengan piranti optatif, seperti:  mudah-mudahan,semoga saja, dan sebagainya.

Piranti Ringkasan atau Simpulan
Piranti tersebut berguna untuk mengantarkan rigkasan dari bagian yang berisi uarian. Kata-kata yang sering digunakan dalam piranti ini adalah singkatnya, pendeknya, pada umunya, jadi, kesimpulannya, dengan ringkasnya, dan sebagainya.

Piranti Misalan atau Contohan
Piranti ini berguna untuk memperjelas urain dengan sebuah contoh, dan biasanya kata yang digunakan adalah contohnya, misalnya, umpamanya, dan sebainya.

Piranti Keragu-raguan (dubitatif)
Piranti tersebut digunakan untuk mengantarkan bagian yang masih mengandung keraguan.kata yang digunakan adalah jangan-jangan, barang kali, kemungkina besar, dan sebainya.

Piranti Konsese: memang, tentu saja
Dalam memberikan penjelasan, adaklanya pengirim pesan mengakui kesalahan atau kekurangan yang terjadi di luar jalur yang dibicarakan. Pengakuan itu dapat dinyatakan dengan kata memang tau tentu saja. Proposisi itu disadari oleh pengirim pesan, tetapi yang bersngkutan tidak dapat mengatasi hal yang diakui itu.


Piranti Tegasan
Dalam menyampaikan suatu pesan atau informasi adakalanya pemberi pesan melakukan penyampaian pesan dengan cara penegasan. Proposisi ini pada dasarnya sama dengan proposisi sebelumnya. Perbedaanya pada proposisi yang ditegaskan ad suatu usaha kesengajaan mengatakan untuk menyatakan sperti kata: bahkan, apalagi, dan sengainya.

Piranti Jelasan
Adakalnya pengirim pesan belum puas dalam menyampaikan pikiran, perasaan, keadaan, dan suatu hal Karena ia merasa pesan yang dikirim belum seluruhnya dipahami. Untuk tiu ia menyampaikan kembali dengan jelas. Piranti ini ditandai dengan: yang dimaksud, artinya, dan sebagainya.

Piranti Kohesi Leksikal
Secara umum piranti kohesi leksikal berupa kata dan frasebebasyang mampu mempertahankan hubungan kohesif dengan kalimat sebelumnya.  Menurut Rentel piranti kohesi leksikal ada dua macam, yaitu reiterasi (pengulangan) arinya piranti kohesi yang digunanakan dengan emngulang suatu proposisi atau begian darinproposisi. Reiterasi ini meliputi repitisi dan ulangan hiponim. Kolokasi kata yang menunjukan adanya hubungan kedekatan tempat (lokasi).

Reiterasi (pengulangan)
Reiterasi itu pada umunya lebih mudah digunakan tetapi harus dalam jumblah yang terbatas. Penggunaan reiterasi dapat menyababkan gangguan keapikan bentuk wacana.

Repetisi (ulangan)
Salah satu cara untuk mempertahankan hubungan kohesif antar alimat. Hubungan itu dibentuk dengan mengulang sebagian kalimat. Dengan mengulang, berarti terkait dengan antara topik kalimat yang satu dengan kalimat sebelum diulang.
a.       Ulangan penuh
Ulangan penuh penuh berarti mengulang satu fungsi secra penuh, tanpa pengurangan dan perubaha bentuk. Berfungsi untuk member tekanan pada bagian yang diulang.
b.      Ulangan dengan bentuk lain
Terjadi apabila sebuah kata diulang denga kontruksi atau bentuk kata kata lain yang masih mempunyai bentuk dasar yang sama. Ulang bentuk lain itu dapat berupa ulangan dengan kata yang benar-benar lain, tapi acuan yang dimaksud tetap terkait.
c.       Ulangan dengan kata lain
Ulangan ini sama dengan penggunaan kata ganti (subtitusi). Untuk menghubungkan antar kalimat dapat dilakukan dengan mennganti bentuk lain seperti kata ganti.




Ulangan Dengan Hipnim
Dalam kehidupan sehari-hari, telah dikenal kata superordinatyang mempunyai beberapa subordinat. Pengulangan yang terjadi pada kata subordinat disebut ulangan dengan hiponim. Pengulangan ini menunjkan adanya keterkaitan antara bagian yang mengandung unsure superordinat dengan bagian yang mengndung unsur subordinat.

Kolokasi
Suatu hal yang berdektan atau berdampingan dengan hal yang lain biasanya diasosiasikan sebagai satu kesatuan. Seperti ikan dan air sering diasosiasikan membentuk satu kesatuan.kalau keadaany seperti itu, secara psikologis akan ditarik suatu simpulan kolokasi.

Piranti Koherensi
Dengan menngunakan piranti kohesi diharapkan suatu wacana dapat menjadi koherensi. Koherensi mengacu pada aspek tuturan, bagaimana proposisi yang terselubung disimpulkan untuk menginterpretasikan tindakan ilokusinya dalam membentuk suat wacana (Widdowson, 1979). Koherensi wacana tidak hanya terletak adanya pirate kohesi, masih banyak factor lain yang memungkinkan terciptanya koherensiitu, antara lain latar belakang pengetahuan pemakai bahasa atas bidang permasalahan, pengetahuan atas latar belakang budaya dan social, kemampuan “membaca” tentang hal-hal yang tersirat, dan lain-lain (van de Velde, 1984).
“(a) Guntur kembali bergema dan hujan menderas lebih hebat lagi. (b) Hati Darsa makin kecut…”
Biarpun tidaka ada pemerkah hubungan yang jelas antara kalimat (a) dan (b), tiap pembaca akan menafsirkan makna klimat (b) mengikuti kalimat (a). dalam penegrtian relasi yang jelas tentang hubungan-hubungan semantic, tidak menjadi kriteria dalam bagi identifikasi dan pemahaman wacana. Disamping itu adanya kohesi (formal) belum menjadi jaminan bagi identifikasi wacana. Pembaca tidak akan mencari koherensi antara kalimat-kalimat itu dalam urutannya dan tidak semata-mata menemukan pemerkah-pemerkah kohesi (Samsuri, 1987).
Syarat lain terciptanya koherensi wacana, selain penataan urutan kalimat bahwa proposisi itu haris positif. Hal lain yang memegang peran dalam menciptakan koherensi ialah yang disebut praanggapan, praanggapan yang logis memungkinkan kita mengetahui hal-hal yang tersirat dalam wacana kita yang kita dengar/baca.
Praanggapan bersifaf pragmatic, membekali kita tentang pengetahuan yang secara kodrati kita serap sedikit demi sedikitdari fenomene alam sekitar. Salah satunya penetahuan tentang benda. Benda apapun di dunia ini memiliki hubungan wajib yang secara konseptual tidak bisa dilepaskan daripadanya.benda rumah memiliki bagian-bagian wajib, seperti: atap, pintu, jrndrla, dan sebagainya. Apabila induknya sudah disebutkan, maka dengan sendirinya bagian-bagian wajib lain telah ikut diperkenalkan  sehingga bagian-bagian itu menjadi informasi lama.
Factor-faktor lain seperti gografis dan kesadaran budaya dapat pula member pegaruh koherensi wacana. Contoh:
“(a) Dono membeli rumah minggu lalu. (b) Lantainya dua meter dari tanah.”
Kedua tuturan itu memiliki kepaduan bagi mereka yang mempunyai budaya rumah tinggi, sedangkankelompok yang lain, yang lantai rumahnya pada umumnya setara dengan tanah, tuturan itu dianggap aneh.
Disamping itu, pemahaman wacana juga ditentukan oleh variasi ujaran dalam situasi ujaran yang berbeda. Penguraian sumber variasi menghendaki sejumblah persyaratan, misalnya kita harus melihat peranan partisipan tutur, hubungan antar partisipan: apakah mereka itu sahabat, orang asing, orang muda, orang tua, berasal dari status yang sama, dan seterusnya. Semua factor itu sangat mempengaruhi apa yang dituturkan dan bagaimana sesuatu itu dituturkan. Tugas pendengar/pembaca adalah menguraikan topik tuturan dan dalam situasi bagaimana tuturan itu terjadi.
Ada ahli menyatakan bahwa koherensi atau inkoherensi dalam urutan ujaran dalam wacana tidak didasarkan hubungan antara tuturan-tuturan, melainkan “antara tindakan-tindakan yang dilakukan oleh ujaran-ujaran itu”.
A                  : “ada teleon”
B                   :”saya sedang mandi”
C                   : “baiklah”
Untuk memahami ujaran tersebut, kita harus menggunakan informasi  yang terkandung di dalam ujaran-ujaran yang diungkapkan dan juga sesuatu yang lain yang dilibatkan dalam penafsiran wacana itu.percakapan semacam itu akan depat dipahami denga baik melaui tindakan-tindakan konvensional yang dilakukan oleh partisipan dalam percakapan itu.apabila dalam tiap ujaran diatas, diperlakukan sebagai tindakan dalam urutan konvensional, kita dapat menerima urutan itu sebagai urutan wacana yang koheren (runtut).

Kamis, 20 Juni 2013

LAPORAN KARYA TULIS ILMIAHKULIAH KERJA NYATA PROFESI INTEGRAL TEMATIK POSDAYAANGKATAN 66 SEMESTER GENAP TAHUN AKADEMIK 2012/2013UNIVERSITAS TADULAKO  
  PENGARUH HANDPHONE (TELEPON GENGGAM) TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA SMA NEGERI 1 DOLO SELATAN                               KELURAHAN     :    ROGO
                            KECAMATAN     :    DOLO SELATAN
                            KABUPATEN     :    SIGI
                                                                  
  Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu SyaratPelaksanaan Kuliah Kerja Nyata (KKN) Profesi Integral Tematik Posdaya Universitas Tadulako Angkatan66 Semester GenapTahun Akademik 2012/2013   Disusun Oleh
SAM DEVI ADIYATNOA 111 09 015   PUSAT PENGEMBANGAN WILAYAH DAN KULIAH KERJA NYATALEMBAGA PENGABDIAN PADA MASYARAKATUNIVERSITAS TADULAKO2013


BAB IPENDAHULUAN 1.1  Latar Belakang MasalahPendidikan merupakan suatu sistem yang dirancang oleh manusia dengan tujuan tertentu. Dengan pendidikan seseorang akan mendapatkan berbagai macam ilmu, baik ilmu pengetahuan maupun ilmu teknologi. Tanpa sebuah pendidikan seseorang tidak akan pernah tahu tentang perkembangan dunia luar bahkan tidak bisa bersaing di dunia luar,  oleh karena itu  pendidikan sangat diperlukan dalam kehidupan sehari-hari, seperti halnya bahwa ilmu tidak akan pernah habis digunakan akan tetapi akan semakin berkembang jika digunakan. Pendidikan berkenaan dengan upaya pembinaan manusia, maka keberhasilan pendidikan sangat bergantung pada unsur manusianya.
Pelaksanaan kegiatan pembelajaran pada zaman sekarang ini atau zaman era globalisasi tidak lepas dari perkembangan IPTEK yang semakin pesat. Perkembangan IPTEK memunculkan perangkat mutakhir yang kemampuan perangkat tersebut sangat jauh melaju cepat dibandingkan beberapa dekade yang lalu. Peralatan itu adalah handphone. Istilah handphone ini ada yang menyebutnya HP. Perkembangan teknologi semakin memasyarakat dikalangan anak didik, bahkan siswa-siswa sekolah dasar sudah sangat dekat dengan teknologi ini. Orang tua menyadari akan pentingnya HP bagi anaknya dengan berbagai alasan. Sehingga HP, dewasa ini bukan barang mewah lagi atau bukan kebutuhan sekunder, melainkan kebutuhan primer. Pergeseran nilai terhadap HP merupakan masalah baru bagi pelajaran ekonomi, “kalau demikian pengetahuan tentang kebutuhan primer dan kebutuhan sekunder dalam bidang ekonomi perlu disesuaikan”. Keberhasilan HP menggerogoti pikiran orang, tak disadari imperialisme budaya pun merajalela. Kini HP adalah sakunya anak didik. HP juga mempengaruhi etika tingkah laku penggunanya dan HP dapat menjauhkan individu dari lingkungan masyarakat.Permasalahan timbul sebenarnya bukan dari perangkat tersebut di zaman sekarang ini, akan tetapi kalangan pengguna perangkat tersebut yang menyalahgunakannya. Sekarang ini banyak anak-anak di bawah umur yang sudah menggunakan handphone dengan berisikan aplikasi atau software yang beberapa isinya sebenarnya tidak layak dioperasikan oleh anak-anak. Handphone menjadi karya baru yang begitu cepat perkembangannya, menjadi media komunikasi yang canggih dan tiada batasan. Selain dampak positif, ternyata juga menimbulkan dampak negatif yang tidak kalah besarnya dari dampak positifnya.Seiring berkembangnya handphone, ternyata situasi psikologi anak juga mengalami reaksi yang beraneka macam penulis ambil contoh dari siswa-siswi SMA Negeri 1 Dolo Selatan. Ada dari mereka yang menggunakan handphone untuk menambah nilai pelajaran sekolah, ada juga yang justru membuat siswa malas dan sering membuang waktu di depan handphone. Banyak juga yang menyalahgunakannya untuk bertindak dan bertingkah laku menyeleweng dari norma-norma yang berlaku di masyarakat. Lebih parah lagi ternyata budaya anak-anak juga semakin cepat pertumbuhannya, dengan ada aplikasi-aplikasi yang seharusnya hanya boleh dilihat oleh orang dewasa.Pengaruh perangkat handphone ini pun sangat kuat bagi perkembangan atau prestasi siswa. Pengaruh itu dapat berupa pengaruh positif ataupun pengaruh negatif. Namun pengaruh itu bergantung dari siswa itu sendiri atau pribadinya dalam menggunakan handphone sebagai penunjang kebutuhan belajar siswa atau hanya digunakan sebagai hiburan semata yang dapat menurunkan prestasi belajar.Dari latar belakang diatas, maka penulis sebagai mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) dan peserta mahasiswa KKN dan PPLT Profesi Intergral Tematik Posdaya Posko Desa Rogo Kecamatan Dolo selatan mengambil judil penulisan karya ilmiah “Pengaruh Handphone Terhadap Prestadi Belajar Siswa SMA Negeri 1 Dolo Selatan” sebagai laporan akhir kegiatan selama pengabdian di masyarakat dan sekolah. 1.2  Rumusan MasalahBerdasarkan uraian latar belakang di atas dapat dirumuskan permasalahan penelitian adalah “Bagaimana pengaruh handphone terhadap prestasi Belajar siswa SMA Negeri 1 Dolo Selatan?”
 1.3  Tujuan PenulisanAdapun tujuan dari karya tulis ilmiah ini adalaha.    Untuk mengetahui dampak dari penggunaan handphone di SMA Negeri 1 Dolo Selatan.
b.    Untuk menjelaskan kemungkinan upaya dan jalan untuk tetap membangun prestasi belajar para remaja yang sudah dipengaruhi model negatif di handphone, dan upaya untuk mencegah para remaja dari terjebak dalam budaya menyeleweng di handphone.
c.    Untuk mengetahui pengaruh perkembangan handphone bagi pengguna kalangan remaja dan di SMA Negeri 1 Dolo Selatan khususnya.
d.    Untuk meningkatkan pengetahuan siswa tentang pengaruh handphone. 1.4  ManfaatBeberapa manfaat yang dapat diberikan oleh karya tulis ilmiah ini:1.    Bagi penulis, dapat mengetahui pengaruh handphone terhadap prestasi bejar siswa SMA Negeri 1 Dolo selatan serta terhadap remaja masa kini.
2.    Bagi pembaca, penelitian ini sangat berguna terutama sebagai bahan untuk perkembangan motivasi siswa-siswi dan sebagai bahan rujukan untuk penulisan karya ilmiah yang berhubungan dangan masalah ini.
            BAB IIGAMBARAN UMUM SEKOLAH
 2.1  Sejarah Singkat dan Kondisi Sekolah
SMA Negeri 1 Dolo Selatan terletak di jalan Poros Palu-Bangga, Desa Rogo, KM 34 Kecamatan Dolo Selatan, Kabupaten Sigi Provinsi Sulawesi Tengah. SMA Negeri 1 Dolo Selatan diresmikan tepat pada tanggal 30 Maret 2010 oleh Gebernur Sulawesi Tengah, atas nama H. B Paliudju. Fasilitas dan sarana prasarana sekolah kurang memadai, tetapi cukup nyaman sebagai tempat proses belajar-mengajar. Beberapa bangunan yang terdapat di SMA Negeri 1 Dolo Selatan yaitu enam ruang kelas, satu ruang kepala sekolah, satu ruang guru, satu ruang BP, dua ruang tata usaha, satu ruang tunggu tamu, satu dapur sekolah, satu gudang, serta tujuh toilet; masing-masing empat untuk toilet siswa, dua toilet guru dan satu toilet kepala sekolah.Jumlah peserta didik pada tahun pelajaran 2012/2013 seluruhnya berjumlah 143 siswa. Peserta didik di kelas X, XI, dan XII terdiri dari enam kelas. Kelas X terdiri dari dua, yakni kelas XA dengan jumlah siswa sebanyak 29 siswa dari 15 siswa laki-laki dan 14 siswa perempuan, serta kelas XB dengan jumlah siswa sebanyak 27 siswa dari 11 siswa laki-laki dan 16 siswa perempuan. Kelas XI terdiri dari dua kelas, yakni kelas XI IPS dengan jumlah siswa sebanyak 24 siswa dari 17 siswa laki-laki dan 7 siswa perempuan, serta kelas XI IPA dengan jumlah siswa sebanyak 16 siswa dari 6 siswa laki-laki dan 10 siswa perempuan. Begitupun kelas XII terdiri dari dua kelas, yakni kelas XII IPS dengan jumlah siswa sebanyak 24 siswa dari 14 siswa laki-laki dan 10 siswa perempuan, serta kelas XII IPA dengan jumlah siswa sebanyak 23 siswa dari 11 siswa laki-laki dan 12 siswa perempuan.
 2.2  Kondisi Sekolah
SMA Negeri 1 Dolo Selatan terletak di jalan Poros Palu-Bangga, Desa Rogo, KM 34 Kecamatan Dolo Selatan, Kabupaten Sigi Provinsi Sulawesi Tengah. Adapun tanah yang dijadikan lokasi pembangunan gedung sekolah baru tersebut memiliki luas kurang lebih 2 hektar, yang dapat saya uraikan sebagai berikut:
a)      ¾  bagian dari luas tanah yang ada, adalah tanah dengan status Tanah Desa Rogo
b)      ¼ bagian dari luas tanah yang ada, adalah tanah wakaf dari Bpk. Drs. Baharudin Hamzah dan Bpk. H. Hasan Muhammad.c)       ¼  bagian dari luas tanah yang ada, adalah tanah yang dibayar oleh Kepala Desa Rogo dari Tokoh Masyarakat Dolo Selatan, Bpk. Bahaludin Palirante melalui dana ADD sebesar Rp. 10.000.000,-SMA Negeri 1 Dolo Selatan diresmikan tepat pada tanggal 30 Maret 2010 oleh Gebernur Sulawesi Tengah, atas nama H. B Paliudju. Fasilitas dan sarana prasarana sekolah kurang memadai, tetapi cukup nyaman sebagai tempat proses belajar mengajar. Beberapa bangunan yang terdapat di SMA Negeri 1 Dolo Selatan yaitu enam ruang kelas, satu ruang kepala sekolah, satu ruang guru, satu ruang BP, dua ruang tata usaha, satu ruang tunggu tamu, satu dapur sekolah, satu gudang, serta tujuh toilet; masing-masing empat untuk toilet siswa, dua toilet guru dan satu toilet kepala sekolah.
Jumlah peserta didik pada tahun pelajaran 2012/2013 seluruhnya berjumlah 143 siswa. Peserta didik di kelas X, XI, dan XII terdiri dari enam kelas. Kelas X terdiri dari dua, yakni kelas XA dengan jumlah siswa sebanyak 29 siswa dari 15 siswa laki-laki dan 14 siswa perempuan, serta kelas XB dengan jumlah siswa sebanyak 27 siswa dari 11 siswa laki-laki dan 16 siswa perempuan. Kelas XI terdiri dari dua kelas, yakni kelas XI IPS dengan jumlah siswa sebanyak 24 siswa dari 17 siswa laki-laki dan 7 siswa perempuan, serta kelas XI IPA dengan jumlah siswa sebanyak 16 siswa dari 6 siswa laki-laki dan 10 siswa perempuan. Begitupun kelas XII terdiri dari dua kelas, yakni kelas XII IPS dengan jumlah siswa sebanyak 24 siswa dari 14 siswa laki-laki dan 10 siswa perempuan, serta kelas XII IPA dengan jumlah siswa sebanyak 23 siswa dari 11 siswa laki-laki dan 12 siswa perempuan.
Personil SMA Negeri 1 Dolo Selatan sejak SMA Negeri 1 Dolo Selatan didirikan hingga sekarang masih seorang yang menjabat sebagai Kepala Sekolah atas nama Sukardin, S.Pd. 2.3  Tenaga Pengajar dan Administrasi
Personil SMA Negeri 1 Dolo Selatan sejak SMA Negeri 1 Dolo Selatan didirikan hingga sekarang masih seorang yang menjabat sebagai Kepala Sekolah atas nama Sukardin, S.Pd. Jumlah seluruh personil sekolah ada sebanyak 26 orang. Terdiri atas 19 guru, dan 7 karyawan tata usaha.
Jumblah tenaga pengajar dan adminitrasi yang ada itupun belum memenuhi kebutuhan proses belajar mengajar di sekolah. Selain itu, tempat tinggal tenaga pengajar dan adminitrasi yang cukup jauh dari sekolah membuat proses belajar mengajar sering terganggu atau terlambat.a.    Tenaga Pengajar
No.
Nama Personil Sekolah
Jabatan
Status
1
Sukardin, S.Pd.
NIP. 19661106 198901 1 003
Kepala Sekolah

PNS
Gol. IV/a
2
Fatmin, S.Pd. I
NIP. 19740110 200801 2 001
WK. Humas
PNS
Gol. III/b
3
Muh. Juanda Bobihoe, S.Pd.
NIP. 19750713 200801 1 012
WK. Kurikulum
PNS
Gol. III/b
4
Nany Agustin, S.Pd., M.Pd.
NIP. 19840821 201001 2 006
WK. Sarpras
PNS
Gol. III/a
5
Edi Sofyan, S.Pd.
NIP. 19800520 201001 1 010
WK. Kesiswaan
PNS
Gol. III/a

6
Minarni, S.Pd.
NIP. 19710407 200701 2019
Guru
PNS
Gol. III/a
7
Masfirah, S.Pd.
NIP. 19870313 201101 2 014
Guru
PNS
Gol. III/a
8
Fauziah Bukamo, S. Ag.
GTT
Honorer
9
Siti Maryam, S. Ag.
GTT
Honorer
10
Deri Matausiam, M. SE
GTT
Honorer
11
Suarman, S. Pd.
GTT
Honorer
12
Wiwik Nur Ifan S, S. Pd.
GTT
Honorer
13
Andi Hizra, S. Pd.
GTT
Honorer
14
Noviana B. Saenong, S. Pd.
GTT
Honorer
15
Erlina, S. Pd.
GTT
Honorer
16
Fahmiyanto, S. Pd.
GTT
Honorer
17
Sri Dellasti Lestari, S. Pd.
GTT
Honorer
18
Afriyanti, S. Pd.
GTT
Honorer
19
Anwar, A. Ma.
GTT
Honorer
 Dari jumlah guru, hanya 37% yang berstatus guru PNS. Sisanya 63% sebagai guru honorer.
b.    Tenaga Administrasi                          
No
Nama
Jabatan
Status
1

 Arni
Kepala Tata Usaha

PNS
Gol. III/d
2
 Azizah
Tata Usaha
Honorer
3
 Izhar
Tata Usaha
Honorer
4
 Isnawati
Tata Usaha
Honorer
5
 Kartini
Tata Usaha
Honorer
6
 Maulidian
Tata Usaha
Honorer
7
 Nurhayati
Tata Usaha
Honorer
      BAB IIIKAJIAN PUSTAKA 3.1  Pengertian HandphoneTelepon genggam atau yang biasa di sebut handphone (disingkat hp) atau seringkali disebut sebagai telepon seluler (disingkat ponsel) adalah perangkat telekomunikasi elektronik yang mempunyai kemampuan dasar yang sama dengan telepon konvensional saluran tetap, namun dapat dibawa kemana-mana (portabel, mobile) dan tidak perlu disambungkan  dengan jaringan telepon menggunakan kabel (nirkabel/wireless).
Handphone memiliki banyak fitur selain untuk melakukan dan menerima panggilan. Handphone juga memiliki fitur untuk mengirim dan menerima pesan pendek yang biasa disebut sebagai SMS (short message service). Ada pula penyedia jasa handphone di beberapa negara yang menyediakan layanan generasi ketiga (3G) dengan menambahkan jasa video call, sebagai alat pembayaran, maupun untuk televisi online di telepon genggam mereka. Mengikuti perkembangan teknologi digital, kini ponsel juga dilengkapi dengan berbagai pilihan fitur, seperti bisa menangkap siaran radio dan televisi, perangkat lunak pemutar audio (MP3) dan video, kamera digital, game, dan layanan internet. Selain fitur-fitur tersebut, ponsel sekarang sudah ditanamkan fitur-fitur yang ada pada komputer, misalnya office (editor/viewer). Jadi di ponsel tersebut, orang bisa mengubah fungsi ponsel tersebut menjadi mini komputer. Di dunia bisnis, fitur ini sangat membantu bagi para pebisnis untuk melakukan semua pekerjaan di satu tempat dan membuat pekerjaan tersebut diselesaikan dalam waktu yang singkat. Ada Juga Handphone yang menyediakan fitur-fitur social network dan chating bagi pencinta dunia online.
 3.2  Prestasi Belajar
3.2.1  Prestasi adalah hasil yang telah dicapai seseorang dalam melakukan kegiatan. Prestasi belajar dibedakan menjadi lima aspek, yaitu: kemampuan intelektual, strategi kognitif, informasi verbal, sikap dan keterampilan. Prestasi merupakan kecakapan atau hasil kongkrit yang dapat dicapai pada saat atau periode tertentu. Jadi, prestasi  yaitu segala sesuatu yang dicapai manusia secara maksimal dengan hasil yang memuaskan.
3.2.2  Belajar adalah Belajar adalah perubahan dalam penampilan sebagai hasil praktek. Belajar itu senantiasa merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca, mengamati, mendengarkan, meniru dan lain sebagainya. Juga belajar itu akan lebih baik kalau si subyek belajar itu mengalami atau melakukannya, jadi tidak bersifat verbalistik. Belajar sebagai kegiatan individu sebenarnya merupakan rangsangan-rangsangan individu yang dikirim kepadanya oleh lingkungan. Dengan demikian terjadinya kegiatan belajar yang dilakukan oleh seorang idnividu dapat dijelaskan dengan rumus antara individu dan lingkungan.
3.2.3  Prestasi belajar adalah hasil usaha bekerja atau belajar yang menunjukan ukuran kecakapan yang dicapai dalam bentuk nilai. Sedangkan prestasi belajar hasil usaha belajar yang berupa nilai-nilai sebagai ukuran kecakapan dari usaha belajar yang telah dicapai seseorang, prestasi belajar ditunjukan dengan jumlah nilai raport atau test nilai sumatif.
 3.3  Pengaruh Handphone
Banyak pengaruh handphone terhadap prestasi belajar siswa. HP  tentu bukan hal asing lagi bagi para siswa sekolah. Bila dulu penggunaannya mungkin hanya terbatas pada siswa sekolah tingkat atas dan universitas, zaman sekarang siswa SD pun sudah banyak yang memiliki HP.
Tak bisa dipungkiri bahwa HP memang punya beragam manfaat, tak hanya bagi orang kantoran atau orang dewasa lainnya, tapi juga bagi para pelajar. Namun, seiring dengan perkembangan zaman, banyak pula dampak-dampak negatif handphone yang merugikan para siswa.
3.3.1  Dampak Positif Handphone pada Siswaa.    Untuk mengetahui lebih jauh apa saja pengaruh handphone terhadap prestasi belajar siswa, berikut adalah beberapa contoh kegunaan handphone dari segi positif.
b.    Sebagai alat komunikasi jarak jauh, handphone menjadi andalan siswa untuk berinteraksi dengan teman-temannya. Hal ini bisa mempermudah siswa untuk mengkoordinasi teman-temannya bila ingin belajar kelompok atau mengerjakan tugas bersama.
c.    Handphone diciptakan untuk memudahkan kehidupan, dan sudah terbukti bahwa hidup siswa pun memang cukup terbantu oleh keberadaan handphone.
d.    Misalnya, di luar jam sekolah, siswa bisa berkomunikasi dengan temannya untuk menanyakan materi tugas atau PR tanpa harus keluar rumah yang bisa menghabiskan banyak waktu.
e.    Handphone bisa menyimpan suatu data dan mudah dibawa kemana-mana, ini tentu sangat berguna. Manfaat handphone bagi siswa berdasarkan hal ini misalnya siswa bisa mencatat materi pelajaran dan bisa menghapalnya di mana pun dan kapan pun.
f.     Contoh lain, siswa mencatat beberapa informasi penting dan menyimpannya dalam HP, misal pengumuman ujian, suatu materi yang ia lihat di sebuah buku di toko buku, dll.
g.    Pengaruh handphone terhadap prestasi belajar siswa tak hanya dalam bidang pelajaran. Handphone memiliki fitur-fitur hiburan, seperti musik (MP3) atau game. Fitur ini bisa menghibur para siswa yang mungkin penat saat belajar. Dengan demikian otak siswa akan kembali segar dan mampu menampung materi pelajaran dengan baik.
h.    Saat ini telah banyak diproduksi handphone berfitur internet. Hal ini cukup memudahkan para siswa untuk mencari informasi tentang materi pelajaran lewat internet yang sudah tersedia di handphone.
3.3.2  Dampak Negatif Handphone pada Siswaa.    Siswa menggunakan fitur ini untuk hiburan semata. Namun faktanya, cukup banyak prestasi siswa yang menurun hanya karena terlalu asyik dengan dunia maya yang ada dalam HP, misal asyik dengan jejaring sosial yang kini sedang marak.
b.    Selain fitur internet, fitur game dalam HP pun cukup mempengaruhi prestasi belajar siswa di sekolah. Sama seperti internet, game tidak akan merugikan bila digunakan sesuai aturan dan memiliki batasan. Tapi, umumnya siswa malah keasyikan bermain game dan lupa untuk belajar.
c.    Penggunaan handphone di saat ujian. Hal seperti ini sudah sering sekali ditemukan di sekolah-sekolah Indonesia. Keberadaan handphone yang digunakan untuk mencontek, mungkin memang akan meningkatkan nilai ujian, tapi akan sangat memperburuk mental siswa.
d.    Mereka menjadi selalu tergantung pada teman atau pada contekan yang disiapkan di dalam HP.
             BAB IVMETODOLOGI PENELITIAN 4.1  Jenis PenelitianJenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif, yaitu penelitian yang cenderung menggambarkan suatu fenomena apa adanya dengan cara menelaah secara teratur, mengutamakan obyektifitas, dan dilakukan secara cermat. Salah satu bentuk penelitian deskriptif adalah metode survei (angket), bentuk peneltian pengumpulan data yang relatif terbatas dari kasus-kasus yang relatif besar jumlahnya. Menjalankan metode survei boleh berupa penyebaran angket, yang bertujuan untuk mengumpulkan informasi tentang variabel. Angket berisi pertanyaan-pertanyaan tentang rumusan masalah yang diangkat dalam penelitian. Survei di lakukan kepada minimal 30% dari jumlah populasi. Penelitian deskriptif juga dapat dikembangkan ke arah penelitian  naturalistic yang menggunakan kasus spesifik melalui deskriptif mendalam atau dengan penelitian setting alami fenomenologis. 4.2  Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan di SMA Negeri 1 Dolo Selatan dan waktu penelitian ini selama penulis sebagai peserta mahasiswa PPLT.
 4.3  Subyek Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI SMA Negeri 1 Dolo Selatan. Sampel dari penelitian ini adalah sebagian dari siswa Kelas XI SMA Negeri 1 Dolo Selatan dimana dipilih 1 kelas secara purposive sampling (pemilihan sampel berdasarkan pertimbangan).
 4.4  Data dan Sumber DataCara pengambilan data untuk memperoleh tujuan dari penelitian ini adalah dengan cara penyebaran angket kepada sampel  yang disebar ke 60 siswa siswi kelas XI IPA/IPS SMA Negeri 1 Dolo Slatan.
Browsing adalah pencarian informasi lewat internet. Hal ini dilakukan untuk menambah informasi yang akan lebih melengkapi data-data penulis. Hasil browsing ini didapat dari sumber-sumber yang ada dan akan dicantumkan di daftar pustaka.
 4.5  Analisis Dataa.    Analisa Deskriptif
Analisa deskriptif yaitu usaha untuk mengumpulkan atau menyusun data, kemudian melakukan analisis terhadap data tersebut yang menghasilkan data berupa kata-kata, gambar, bukan angka-angka. Hal ini disebabkan oleh adanya penerapan metode kualitatif dimana metode kualitatif menghasilkan data secara tertulis maupun lisan.
b.    Analisis Isi
Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis isi, dimana data deskriptif sering hanya dianalisis menurut isinya. Analisis isi adalah teknik penelitian untuk membuat interferensi-interferensi yang dapat ditiru dan sahih data dengan memperhatikan konteksnya. Analisis isi berhubungan dengan komunikasi atau isi komunikasi.
BAB VPEMBAHASAN  5.1  Hasil Penelitian
Berdasarkan penelitian yang dilakukan diperoleh hasil sebagai berikut:1.    Menurut anda, apakah handphone merupakan kebutuhan yang harus terpenuhi ?
Jawaban
Jumlah (Frekuensi)
Persentase
Ya
41
68%
Tidak
18
30%
Tidak menjawab
1
2%
Jumlah
60
100%
Tabel 4.1. Frekuensi Handphone merupakan kebutuhan yang harus terpenuhi2.    Apakah Orang tua anda mengizinkan anda menggunakan Handphone di sekolah?
Jawaban
Jumlah (Frekuensi)
Persentase
Ya
45
75%
Tidak
13
22%
Tidak menjawab
2
3%
Jumlah
60
100%
Tabel 4.2. Frekuensi orang tua yang mengizinkan penggunaan handphone di sekolah   3.    Apakah pada saat belajar di rumah handphone anda di nonaktifkan?
Jawaban
Jumlah (Frekuensi)
Persentase
Ya
16
26%
Tidak
43
72%
Tidak menjawab
1
2%
Jumlah
60
100%
Tabel 4.3. Penonaktifan handphone saat belajar di rumah 4.    Apakah anda sering menggunakan handphone pada saat jam pelajaran di sekolah?
Jawaban
Jumlah (Frekuensi)
Persentase
Ya
21
35%
Tidak
34
57%
Tidak menjawab
3
5%
Kadang-kadang
2
3
Jumlah
60
100%
Tabel 4.4. Penggunaan handphone saat jam pelajaran5.    Apakah penggunaan handphone membuat anda merasa malas belajar?
Jawaban
Jumlah (Frekuensi)
Persentase
Ya
21
35%
Tidak
37
62%
Tidak menjawab
2
3%
Jumlah
60
100%
 Tabel  4.5. Hubungan penggunaan handphone dengan rasa malas belajar6.    Apakah anda merasa adanya pengaruh positif setelah menggunakan handphone ?
Jawaban
Jumlah (Frekuensi)
Persentase
Ya
49
82%
Tidak
9
15%
Tidak menjawab
2
3%
Jumlah
60
100%
Tabel 4.6. Pengaruh positif penggunaan handphone7.    Apakah anda pernah merasa adanya pengaruh negatif dalam penggunaan handphone?
Jawaban
Jumlah (Frekuensi)
Persentase
Ya
40
67%
Tidak
18
30%
Tidak menjawab
2
3%
Jumlah
60
100%
Tabel 4.7. Pengaruh negatif penggunaan handphone8.    Apakah waktu belajar anda lebih banyak dibandingkan dengan memainkan Handphone?
Jawaban
Jumlah (Frekuensi)
Persentase
Ya
23
38%
Tidak
36
60%
Tidak menjawab
1
2%
Jumlah
60
100%
    Tabel 4.8. Perbandingan waktu belajar dan memainkan handphone  9.    Apakah handphone merupakan salah satu alat motivasi belajar anda?
Jawaban
Jumlah (Frekuensi)
Persentase
Ya
34
57%
Tidak
25
41%
Tidak menjawab
1
2%
Jumlah
60
100%
Tabel 4.9. Handphone sebagai salah satu motivasi belajar10.  Menurut anda, apakah ada cara yang efektif untuk mengurangi kebiasaan menggunakan handphone?
Jawaban
Jumlah (Frekuensi)
Persentase
Ya
42
70%
Tidak
14
23%
Tidak menjawab
4
7%
Jumlah
60
100%
Tabel 4.10. Cara efektif untuk mengurangi kebiasaan menggunakan HP11.  Setujukah anda dengan adanya larangan membawa handphone ke sekolah?
Jawaban
Jumlah (Frekuensi)
Persentase
Ya
14
23%
Tidak
45
75%
Tidak menjawab
1
2%
Jumlah
60
100%
Tabel 4.11. Larangan membawa handphone ke sekolah   5.2  Pembahasan
5.2.1  Handphone sebagai kebutuhanDari data hasil penelitian pada soal No. 1, yaitu mengenai handphone merupakan kebutuhan. Hasil dari data tersebut menunjukkan bahwa 68% siswa/siswi SMA NEGERI 1 DOLO SELATAN  yang setuju bahwa handphone merupakan suatu kebutuhan yang harus terpenuhi sedangkan  30% siswa/siswi SMA NEGERI 1 DOLO SELATAN yang tidak setuju bahwa handphone merupakan suatu kebutuhan yang tidak harus terpenuhi. Hal ini menunjukkan bahwa handphone juga merupakan salah satu hal yang sangat di butuhkan.5.1.1  Izin penggunaan handphone dari orang tua di sekolahDari data hasil penelitian pada soal nomor dua, yaitu mengenai izin penggunaan handphone dari orang tua di sekolah dari data diperoleh bahwa 75% dari orang tua siswa/siswi SMA NEGERI 1 DOLO SELATAN mengizinkan penggunaan handphone di sekolah dan 22% orangtua siswa/siswi SMA NEGERI 1 DOLO SELATAN tidak mengizinkan penggunaan handphone di sekolah.yang menunjukkan bahwa sebagian orang tua menginginkan anaknya lebih serius belajar karena sebagian anak kadang lebih memilih memainkan handphone di bandingkan memperhatikan guru yang sedang mengajar.5.1.2  Penonaktifan handphone saat belajar di rumahDari data hasil penelitian pada soal No. 3, yaitu mengenai penonaktifan handphone saat belajar di rumah dari data di peroleh bahwa 26%  siswa/siswi SMA NEGERI 1 DOLO SELATAN  menonaktifkan handphone mereka saat belajar di sekolah dan 72% siswa /siswi SMA NEGERI 1 DOLO SELATAN  tidak menonaktifkan handphone mereka saat sedang belajar.ini menunjukkan kurangnya siswa.5.1.3  Penggunaan handphone saat jam pelajaranDari data hasil penelitian pada soal No. 4, yaitu mengenai Penggunaan handphone saat jam pelajaran menunjukkan bahwa 35% siswa/siswi SMA NEGERI 1 DOLO SELATAN sering menggunakan handphone saat jam pelajaran dan 57% siswa/siswi SMA NEGERI 1 DOLO SELATAN tidak menggunakan handphone saat jam pelajaran, serta 3% siswa/siswi SMA NEGERI 1 DOLO SELATAN kadang  menggunakan handphone saat jam pelajaran,hal ini menunjukkan bahwa lebih dari 50% siswa/siswi SMA NEGERI 1 DOLO SELATAN juga lebih memilih memperhatikan guru yang sedang mengajar di bandingkan memainkan handphone.
5.1.4  Hubungan penggunaan handphone dengan rasa malas belajarDari data hasil penelitian pada soal No. 5, yaitu mengenai Hubungan penggunaan handphone dengan rasa malas belajar, sebanyak 35% siswa/siswi SMA NEGERI 1 DOLO SELATAN merasa malas belajar karena menggunakan handphone dan 62% siswa/siswi SMA NEGERI 1 DOLO SELATAN tidak merasa malas belajar ketika menggunakan handphone.   5.1.5  Pengaruh positif penggunaan handphoneDari data hasil penelitian pada soal No. 6, yaitu mengenai Pengaruh positif penggunaan handphone, bahwa 82% siswa/siswi SMA NEGERI 1 DOLO SELATAN merasa bahwa handphone memiliki dampak yang positif bagi mereka dan 5% siswa/siswi SMA NEGERI 1 DOLO SELATAN merasa handphone tidak memiliki dampak positif bagi mereka,hal ini menunjukkan bahwa handphone memiliki plus minus dalam penggunaan misalnya saja dampak positif yang di dapatkan bahwa dengan menggunakan handphone beberapa siswa dapat menyelesaikan tugas mereka baik melalui bertukar pendapat melalui pesan singkat bersama teman ataupun membuka beberapa aplikasi internet yang terkadang tersedia di handphone seperti misalnya google yang menyimpan banyak informasi yang dapat membantu para siswa dalam menyelesaikan tugas mereka.5.1.6  Pengaruh negatif penggunaan handphoneDari data hasil penelitian pada soal No. 7, yaitu mengenai pengaruh negatif penggunaan handphone, bahwa 67% siswa/siswi SMA NEGERI 1 DOLO SELATAN merasa handphone memiliki dampak negatif dan 30% siswa/siswi SMA NEGERI 1 DOLO SELATAN merasa handphone tidak memiliki dampak negatif. Hal ini menunjukkan bahwa handphone memiliki plus minus dalam penggunaan misalnya saja beberapa siswa malas belajar ketika menggunakan handphone, dan juga handphone merupakan alat beberapa siswa untuk menyimpan gambar-gambar porno di handphone mereka. 5.1.7  Perbandingan waktu belajar dan memainkan handphoneDari data hasil penelitian pada soal No. 8, yaitu mengenai Perbandingan waktu belajar siswa/siswi SMA NEGERI 1 DOLO SELATAN dan waktu memainkan handphone, bahwa 38% siswa/siswi SMA NEGERI 1 DOLO SELATAN waktu belajar mereka lebih banyak di bandingkan memainkan handphone sedangkan 60% siswa/siswi SMA NEGERI 1 DOLO SELATAN waktu belajar mereka kurang di bandingkan waktu mereka memainkan handphone,hal ini menunjukkan saat menggunakan handphone minat belajar siswa kurang di bandingkan saat tidak menggunakan handphone.
5.1.8  Handphone sebagai salah satu motivasi belajarDari data hasil penelitian pada soal No.9, yaitu mengenai Handphone sebagai salah satu motivasi belajar, Hasil dari data tersebut menunjukkan bahwa 57% siswa/siswi SMA NEGERI 1 DOLO SELATAN mengungkapkan bahwa handphone juga merupakan salah satu alat motivasi belajar mereka.sedangkan 41% siswa/siswi SMA NEGERI 1 DOLO SELATAN mengungkapkan bahwa handphone bukan alat motivasi beajar mereka.5.1.9  Cara efektif untuk mengurangi kebiasaan menggunakan handphoneDari data hasil penelitian pada soal No. 10, yaitu mengenai Cara efektif untuk mengurangi kebiasaan menggunakan handphone, bahwa 70% siswa/siswi SMA NEGERI 9 MAKASSAR mengatakan bahwa ada beberapa cara untuk mengurangi kebiasaan menggunakan handphone. Seperti menonaktifkannya saat belajar dan kembali mengaktifkannya ketika sedang istirahat dan pulang dan 23% siswa mengatakan bahwa tidak ada cara untuk mengurangi kebiasaan mereka menggunakan handphone.5.1.10   Larangan membawa handphone ke sekolahDari data hasil penelitian pada soal No. 11, yaitu mengenai Larangan membawa handphone ke sekolah,bahwa 23 % siswa/siswi SMA NEGERI 1 DOLO SELATAN setuju dengan adanya larangan membawa handphone ke sekolah dan 75 % siswa/siswi SMA NEGERI 1 DOLO SELATAN tidak  setuju dengan adanya larangan membawa handphone ke sekolah.5.3  Pengaruh Positif dan Negatih Handphone Terhadap Prestasi Belajar Siswa SMA Negeri 1 Dolo Selatan
5.3.1  Pengaruh Positif
Dari hasil pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa pengaruh handphone terhadap prestasi belajar siswa cukup baik. Hal itu dapat dilihat dari penggunaan  handphone yang sesuai dengan kebutuhan siswa untuk meningkatkan prestasi belajar, misalnya:a.    Handphone digunakan untuk berhubungan atau berkimunikasi dengan orang tua, guru dan teman-temanya.
b.    Handphone digunakan sebagai alat sumber bahan belajar, contohnya handphon yang mempunyai fitur internet digunakan untuk mencari bahan belajar setiap mata pelajaraan, jadi tidak bergantung pada buku yang terbatas di perpustakaan sekolah.
c.    Handphone sebagai alat memperluas persahabatan baik di lingkungan sekolah itu sendiri maupun di lingkungan sekolah lain sehingga dapat bertukar pengetahuan atau informasi.
5.3.2  Pengaruh Negatif
Pengaruh negatif handphone terhadap prestasi belajar siswa  SMA Negeri 1 Dolo Selatan adalah sebagi berikut,a.     Walau memudahkan siswa untuk mencari informasi pelajaran, hampir semua siswa menggunakan handphone hiburan semata dan terlalu asyik dengan dunia maya yang ada dalam handphone, misal asyik dengan jejaring sosial yang kini sedang marak.
b.    Selain fitur internet, fitur game dalam handphone pun cukup mempengaruhi prestasi belajar siswa di sekolah. Siswa malah keasyikan bermain game dan lupa untuk belajar.
a.    Hal negatif lain adalah penggunaan handphone di saat ujian. Hal seperti ini sudah sering sekali ditemukan di sekolah-sekolah Indonesia. Handphone yang digunakan untuk mencontek, mungkin memang akan meningkatkan nilai ujian, tapi akan sangat memperburuk mental siswa.
 5.4  Pengaruh Perkembangan Perangkat Handphone bagi LingkunganHandphone merupakan salah satu dari perkembangan teknologi. dengan kecanggihan teknologi saat ini, fungsi handphone tidak hanya sebagai alat komunikasi biasa, tetapi manusia juga dapat mengakses internet, SMS, berfoto dan juga saling mengirim data. Dampak yang ditimbulkan dari handpone tidak pernah disadari oleh masyarakat. Selain memudahkan dalam berkomunikasi sebagai dampak positif yang manusia dapatkan, terdapat pula dampak negatif yang manusia dapatkan sebagai akibat menggunakan handphone atau telepon genggam ini.
Perkembangan telepon seluler sekarang ini juga menjadi menarik untuk disimak karena konvergensi teknologi yang sekarang terjadi mengisyaratkan kita bahwa kemajuan teknologi komunikasi informasi sekarang ini tidak memiliki batas sama sekali. Sulit bagi kita sekarang ini membedakan mana masuk kategori ponsel, kategori komputer, kategori pemutar musik digital, maupun kategori kamera digital atau video digital. Tampaknya sudah tidak ada lagi batasan yang jelas antara berbagai teknologi yang tersedia sekarang ini di pasaran yang semuanya menjadi sebuah kesatuan dan berbagai fungsi terkumpul dalam sebuah perangkat, jika di bandingkan dengan zaman dulu perkembangan teknologi handphone tidak berkembang pesat seperti sekarang ini.Dengan semakin maju perkembangan teknologi handphone semakin membantu oran-orang dalam melakukan segala aktifitas, karena handphone dapat dikatakan sebagai idenditas seseorang.Sekarang ini perkembangan teknologi ponsel sangatlah menjanjikan apabila dilihat dari dunia bisnis. mereka memanfaatkan ide-ide kreatif mereka dengan hanya mengeluarkan modal yang tidak banyak tapi bisa menghasilkan keuntungan yang sebanyak-banyaknya. Seperti yang kita ketahui sekarang ini banyak sekali game-game yang bisa di download ke HP kita dengan mudahnya. Hanya dengan tinggal mengirimkan sms seharga kurang-lebih 2000 rupiah kita bisa mendapatkan game yang kita mau. Ataupun lagu-lagu yang baru-baru untuk dijadikan ringtone. Ataupun sekarang ini kita juga bisa mendownload foto-foto artis, mendapatkan sms dari artis favorit kita dengan hanya mengirimkan sms saja. Tidak hanya untuk hiburan saja kita juga bisa mendapatkan informasi atau berita dengan cara berlangganan maka tiap hari provider akan mengirimkan berita terbaru yang kita inginkan. Jadi dengan adannya bisnis ini, seperti terjadi adanya simbiosis mutualisme antara pengguna seluler dengan provider pasalnya dengan mengeluarkan uang kurang lebih 2000 kita juga akan mendapatkan informasi-informasi yang kita inginkan, seperti selebritis, berita, pendidikan sampai ramalan sehinga masing-masing pihak mendapatkan keuntungannya masing-masing. Tetapi tidak semua provider berlaku jujur karena terkadang walaupun kita telah memutuskan untuk tidak melanjutkan berlanganan lagi, tetapi mereka tetap memotong pulsa kita. Jadi kita sebagai consumen harus pintar-pintar memilih.                BAB VIPENUTUP 6.1  Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian penulis dengan menggunakan teknik kajian kepustakaan, maupun kegiatan lapangan yang meliputi kuisioner dan pengamatan secara langsung maka didapatkan kesimpulan yaitu siswa kelas XI SMA Negeri 1 Dolo Selatan bahwa pengaruh handphone cukup menunjang  terhadap prestasi belajar siswa.Adapun pengaruh handphone terhadap prestasi belajar siswa secara umum ialaha.    Handphone berkembang dengan sangat cepat dan pesat, seiring berjalan waktu handphone semakin canggih (memuat banyak fitur/aplikasi) sehingga banyak siswa yang ingin memiliki handphone.
b.    Para siswa semakin sulit dipisahkan dari handphone karena mereka sudah terlanjur mendarah daging dengan handphone. Namun, jika penggunaan handphone tersebut secara baik dan bear akan mendapatkan peningkatan pada prestasi mereka.
c.    Handphone sangat berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa-siswi SMA Negeri 1 Dolo Selatan. Pengaruh yang ditimbulkan ada yang positif dan ada juga yang negatif. Namun yang menentukan pengaruh apa yang akan didapat tergntung dari siswa-siswi yang menggunakannya.
d.    Pengaruh Positif Handphone·         Sebagai alat komunikasi, handphone tentu sangat berguna bagi seorang siswa. Baik berkomunikasi dengan para teman-temannya, maupun berkomunikasi dengan para guru.
·         Handphone bisa berfungsi sebagai penambah wawasan dan alat bantu belajar. Dengan fiturnya yang berupa internet, siswa bisa mencari informasi apa saja dengan mudah. Hal ini tentu sangat memudahkan siswa dalam menyerap materi pelarajan.·         Sebagai hiburan, handphone juga sangat berguna. Fitur MP3 yang disuguhkan akan cukup membuat siswa tidak jenuh dalam belajar. Tapi fitur ini sebaiknya digunakan pada porsi yang tepat agar siswa tetap konsentrasi pada kegiatan belajarnya.e.    Pengaruh Negatif Handphone·         Pengaruh handphone terhadap prestasi belajar siswa ternyata juga bisa buruk. Hal ini dicontohkan dengan siswa yang mungkin malah keasyikan telepon atau SMS dengan teman/pacar sehingga mereka lupa untuk belajar. Mereka merasa bebas untuk menelepon atau SMS. Berbeda bila menggunakan telepon rumah, yang penggunaannya dikontrol ketat oleh orang tua.·         Fitur hiburan pada handphone juga bisa menurunkan prestasi belajar siswa. Misalnya MP3, siswa bisa saja lebih suka bersantai dengan mendengarkan lagu ketimbang harus belajar. Selain MP3, ada game yang juga bisa membuat siswa lebih suka menuntaskan bermain game daripada menuntaskan tugas sekolah. 6.2  Saran1.    Perlunya peningkatan peraturan sekolah mengenai penggunaan handphone di area sekolah khususnya di dalam kelas karena sangat berpengaruh terhadap karakter siswa dan aqidah siswa serta prestasi belajar siswa.
2.    Tidak perlulah seorang remaja menggunakan handphone yang memiliki fitur-fitur yang berlebihan karena dapat mengganggu konsentrasi belajar.
3.    Gunakan handpho   ne seperlu mungkin (SMS/telephone jika penting) guna menghindari dampak negatif dari penggunaan handphone.
4.    Manfaatkan fasilitas handphone untuk kegiatan sekolah, seperti browsing, pemotretan (bila dibutuhkan), dll.
5.    Kebijakan sekolah saat jam pelajaran guru ataupun murid dilarang mengoperasikan handphone.
6.    Perlu penegasan terhadap siswa dalam penggunaan handpone, baik dari guru maupun orang tua di rumah.