Kamis, 18 Oktober 2012

Penalaran Dalam Skripsi



Kata Pengantar

Segala puji dan syukur kepada Allah SWT yang telah memberi kemudahan menyelesaikan makalah ini dalam kurun waktu yang telah ditentukan. Tanpa pertolongan-Nya, tentu kami tidak akan sanggup menyelesaikan dengan baik.
Makalah ini kami susun berdasarkan tugas dari mata kuliah “Penulisan Karya Ilmiah”. Dalam makalah yang kami susun akan membahas tentang Penalaran Dalam Meyusun Skripsi. Berdasarkan dari berbagai sumber yang kami peroleh tentang jenis-jenis penalaran dan pengertiannya beserta contoh,  kami berharap dapat membantu mahasiwa dalam menyusun skripsi.
            Selain itu, kami mengucapkan terima kasih kepada Dosen Pembimbing mata kuliah Penulisan Karya Ilmiah yang telah mendidik kami, serta kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan penyususnan laporan ini.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca. Kami sadar, dalam makalah ini masih memiliki kekurangan. Untuk itu, kami mohon saran dan kritiknya. Terima kasih.


                                                                                                Penyusun

                                                                                    ……………………………


ASPEK PENALARAN
a.     Pengantar konseptual
Dalam komunikasi, penyampaian gagasan terwujud dalam uraian atau rentetan. Pernyataan satu disambung atau dirangkaikan dengan pernyataan lainya. Dalam kenyataan tersebut, bisa jadi seorang merasakan berjalan lancar-lancar saja, tetapi seseorang yang lain menrasakan adanya peristiwa yang menyiksa. Kebahasaan  maupun (memilih kata, struktur kalimat, dll. ) maupun kualitas pikir yang menunjukan pada satu proses yang dihasilkanya  gagasan. Gagasan ini terjadi karena dalam menulis atau berpidato, seorang tidak cukup hanya menyampaikan ilustrasi-ilustrasi.

b.      Proposisi dan Term
Dalam penelaran , seorang akan menerima data atau fakta yang benar  dan tentu saja akan menolak data atau fakta yang beum jelas kebenaranya. atau yang dapat digunakan (dioperasikan) dalam penalaran harus terumuskan dalam kalimat pernyataan (kalimat barita yang netral), yang disebut proposisi terbangun  karena adanya unsur yang disebut  term. Term  adalah kata atau kelompok kata  yang dapat dijadikan subjek atau predikat dalam sebuah kalimat proposisi.dengan demikian, proposisi adalah pernyataan tentang hubungan yang terdapat  dalam subjek dan predikat.
Contoh:
Semua kaca bisa pecah (proposisi)
Semua kaca (term)
Bisa pecah (term)
Hal yang menjadi catatan adalah proposisi harus berupa kalimat berita. Dalam kalimat ini pula harus dapat ditunjuksn kelompok subjek (s) dan kelompok predikat (p).

Ada empat jenis proposisi yang di ungkap oleh Eluer yang di sebut sebagai Lingkaran Euler:
1.      Subjek (S) sama denga perangkat yang terdpat dalam predikat (P).
Semua S adalah semua P
“Semua yang sehat adalah semua yang tidak sakit.” 
2.      Subjek menjadi bagian dari perangkat predikat.
Semua S adalah P
“Semua ayam bersayam.”
sebaliknya, suatu perangkat predikat merupakan dari perangkat subjek.
Sebagian S adalah P
“Sebagian kendaraan adalah sepeda.”           
3.      Subjek berada di luar perangkat predikat.
Tidak satupun S adalah P
“Tidak seorangpun manusia adalah binatang.”          
4.      Sebagian perangkat yang tercakup dalam subjek berada di luar perangkat predikat.
Sebagian S tidaklah P
“Sebagian unggas tidaklah terbang.”
           
c.      Jenis-Jenis proposisi
1.      Berdasarkan bentuk
Berdasarkan bentuk, proposisi dapat dibedakan dalam proposisi tunggal dan proposisi majemuk. Proposisi tunggal merupakan proposisi yang terdiri atas satu pernyataan.
Contoh:
Semua pelajar harus giat menuntut ilmu.”
            Adapun proposisi majemuk merupakan proposisi  yang  secara subtansial mengandung dua (atau lebih) pernyataan.

Contoh:
            “Semua pelajar harus giat menuntut ilmu dan berdisiplin.”
2.      Berdasarkan sifat
Berdasarkan sifat, preposisi dapat dibedakan kedalam proposisi kategorial dan preposisi  kondisional. Pada proposisi kategorial, hubungan subjek dan predikat terjadi dengan tampa syarat.
Contoh:
Semua burung bisa terbang.”
Sebagian binatang tidak berkaki.
Pada proposisi kondisional, hubungan subjek dengan predikat terjadi dengan syarat.
Contoh:
Jika terus ditebangi, hutan kita pasti gundul.
Kalau tidak dipotong , rambut akan panjang.
Pada proposisi  terdapat  bagian sebagai penyebab dan sebagian akibat. Yang penyebab disebut anteseden dan begian akibat disebut konsekuen. Proposisi kondisional tersebut dsebut proposisi kondisional hipotesis. Disamping itu terdapat pula proposisi kondisional disjungsi, yaitu proposisi kondisional yang mengemukakan pilihan.
Contoh:
WR Rendra adalah seorang sastrawan atau budayawan.

3.      Berdasarkan kualitas
Berdasakan kualitasnya, proposisi dapat dibedakan  menjadi proposisi  positif (afirmatif)  dan proposisi negatif. pRoposisi positif adalah yang memb-enarka  adanya persesuaian antara subjek dan predikat. Contoh:
Mahasiswa adalah kaum pelajar.
Adapun proposisi negatif  adalah proposisi yang menyatakan bahwa antara subjek dan predikat tidak ada hubungan.
Contoh:
            “Sebagian buah tidak berasa manis.”

4.      Berdasarkan kuantitas
Berdasarkan kuantitasnya, proposisi dapat dibedakan  ke dalam proposisi unifersal  dan proposisi khusus. Pada proposisi universal, predikat membenarkan atau mengingkari seliruh subjek.
Contoh:
Semua yang belajar di perguruan tinggi adalah mahasiswa.
Tidak satupun binatang di Taman Safari  dibiarkan kelaparan.
Semua harta yayasan ini bukan milik pribadi.
Kata-kata penanda proposisi universal antara lain adalah:
a.       Universal positif    :  semua, setiap, mising-masing, apapun
b.      Universal negatif   :  tidak satupun, tidak sedikitpun, tak seorangpun.
Pada proposisi khusus, predikat membenarkan atau mengingkari sebagian subjek.
Contoh:
Sebagian orang mementingkan dirinya sendiri.
Tidak semua pegawai menyisihkan gajinya untuk ditabung.
Beberapa kasus korupsi telah disidangkan.
Kata-kata penanda proposisi khusus antara lain:
a.       Khusus positif       : sebagai, beberapa, sering, kadang-kadang
b.      Khusus negatif      : tidak semua, tidak selurunya.

d.    Prosedur Penalaran
Proses penalaran merupakan tatalaksana proses penalaran hiingga diperolehnya kesimpulan. Dalam kaitan ini, terdapat penalaran yang berproses (1) secara deduktif dan (2) secara deduktif.


1.     Penalaran Deduktif
Penalaran deduktif dilakukan dengan cara bertolak dari pernyataan yang bersifat umum untuk menghasilkan kesimpulan yang lebih khusus. Proposisi tempat penarikan kesimpulan tersebut disebut premis. Selain itu, proses penarikan kesimpulan dapat dilakukan secara langsung atau tidak langsung. Dikatakan penarikan secara langsung bila ditarik dari satu premis, sedangkan bila ditarik dari dua premis disebut secara tidak langsung.
a.      Menarik kesimpulan secara langsung
1)      Konversi
Merupakan penarikan kesimpulan secara langsung dengan prinsip-prinsip sebagai berikut.
a.       Subjek premis menjadi predikat kesimpulan
b.      Predikat premis menjadi subjek kesimpulan.
c.       Kualitas premis sama dengan kualitas kesimpulan.
d.      Term  yang tidak tersebar dalam premis juga tidak tersebar pada kesimpulan.
Pada proposisi universal afirmatif, polanya sebagi berikut:
Semua S adalah P (premis)
Sebagian P adalah S (kesimpulan)
Contoh:
Semua kursi itu tempat duduk. (premis)
Sebagian tempat duduk adalah kursi. (kesimpulan)

Pada proposisi universal negatif, polanya sebagai berikut.
Tidak satupun S adalah P. (premis)
Sebagi P adalah S. (kesimpulan)
Contoh:
Tak gajah adalah serangga. (premis)
Tak satupun serangga adalah gajah. (kesimpulan)

Pada proposisi khusus alternatif, polanya sebagai berikut.
Sebagian s adalah p. (premis)
Sebagian P adalah S. (kesimpulan)
Contoh:
Sebagian pegawai adalah orang yang jujur. (premis)
Sebagian orang yang jujur adalah pegawai. (kesimpulan)
Pada konversi, penarikan kesimpulan tidak dapat dilakukan dengan proposisi khusus negatif.
2)      Oversi
Observasi merupakan cara penarikan kesimpulan secara langsung dengan prinsip-prinsip sebagai berikut.
a.       Subjek premis sama dengan subjek kesimpulan.
b.      Predikat kesimpulan kontradiktori dengan predikat premis.
c.       Kualitas kesimpulan kebalikan dari kualitas premis.
d.      Kuantitas kesimpulan sama dengan kuantitas premis.
Pada proposisi universal afirmatif, polanya adalah.
Premis                   : semua S adalah P
Kesimpulan           : tidak satupun S adalah tak P
Contoh:
Semua rudal adalah senjata berbahaya.
Tidak satupun rudal bukan senjata  berbahaya.
Pada proposisi universal negatif, polanya adalah
Premis                   : tidak satupun S adalah P.
Kesimpulan           : semua S adalah tak P.
Contoh:
Tidak satupun siswa laki-laki lulus ujian.
Semua yang lulus ujian bukan siswa .


Pada proposisi khusus afirmatif, polanya adalah sebagai berikut.
Premis                   : sebagaian S adalah P.
Kesimpulan           : sebagian P tidaklah P.
Contoh:
Beberapa peserta demonstrasi adalah mahasiswa.
Beberapa peserta demonstasi adlah bukan mahasiswa.
Pada proposisi  khusus negatif , polanya adalah sebagai berikut.
Premis                   : sebagian S tidaklah P.
Kesimpulan           : sebagian S adalah P.
Contoh:
Sebagian mobil adalah bukan barang impor.
Sebagian mobil adalah barang impor.
3)      Kontra Posisi
Kontra posisi merupakan jenis pengambilan kesimpulan dengan prinsip-prinsip sebagai berikut.
a.       Subjek kesimpulan adalah kontra diktori predikat premis.
b.      Predikat kesimpulan adalah subjek premis
c.       Kualitas kesimpulan tidak sama dengan dengan kualotas premis.
d.      Tidak ada term yang terbesar.
Pada proposisi universal avirmatif, polanya adalah sebagai berikut.
Premis                   : semua S adalah P
Kesimpulan           : tidak satupun S tidaklah P
Kesimpulan           : tidak satupun tak P adalah S
Contoh:
Semua gajah adalah berbelai.
Tidak satupun gajah adalah tak berbelalai.
Tidak satupun (yang) tak berbelalai adalah gajah.

Preposisi universal negatif, polanya sebagai berikut.
Premis                   : tidak satupun S adalah P
Kesimpulan           : semua S adalah tak P
Kesimpulan           : sebagian tak P adalah S
Contoh:
Tak seorang pun pejabat miskin.”
Semua pejabat tak miskin.”
Sebagian yang tak miskin adalah pejabat.
Contoh:
                                    “Sebagian jembatan bukan besi.”
                                    “sebagian jembatan tak besi.”
“Sebagian yang tak bisi adalah jembatan.”
b.      menarik kesimpulan secara tidak langsung
penalaran deduksi dalam buntuk penarikan kesimpulan secara tdk langsung memerlukan dua premis sebagai data. Premis pertama bersifat umum dan premis kedua bersifat khusus.
Beberapa jenis penalaran deduksi dengan penarikan kesimpulan secara tidak langsung adalah sebagai berikut.
1)      Silogisme kategorial
Silogisme kategorial terdiri atas dua proposisi sebagai premis dan satu proposisi sebagai kesimpulan. Premis yang bersifat umum disebut premis mayor, sedangkan premis yang bersifat khusus disebut premis minor. Adapun dalam kesimpulan terdapat subjek dan predikat.
Subjek kesimpulan disebut term minor, sedangkan predikat kesimpulan disebut term mayor.
Contoh:
“Semua binatang sejenis jantan dan betina” (premis mayor)
“Sapi adalah binatang” (premis miinor)
“Jadi, sapi berjenis jantan dan betina” (kesimpulan)
Aturan umum silogisme kategorial adalah sebagai berikut.
(a)       Silogisme terdiri atas tiga premis, yaitu premis mayor,premis minor, dan kesimpulan.
(b)      Silogisme harus terdiri atas tiga term (mayor, minor, dan penengah).
Contoh:
“Semua binatang berjenis jantan dan betina.”
“Sapi adalah binatang.”
“Jadi, sapi berjenis jantan dan betina.”
Term meyor              : berjenis jantan dan betina
Term minor               : sapi
Term penengah         : binatang
c.       Dua premis yang negatif tidak menghasilkan kesimpulan
Contoh:
“Semua harimau bukan burung.”
“Tidak seekor sumut pun harimau.”
“Bagaimana kesimpulanya?”.         
d.      Bila salah satu premisnya nrgatif, kesimpulan pasti negatif
Contoh:
            “Tak seekor gajahpun adalah musang.”
            “Semua gajah berbelalai.”
            “Sadi, tak seekor musangpun berbelalai.”
e.       Fremis yang afirmatif akan menghasilkan kesimpulan yang afirmatif
Contoh :
                  “Semua peserta diskusi adalah mahasiswa.”
                  “Reni adalah peserta diskusi.”
                  “jadi, reni adalah mahasiswa.’
f.       Dari dua premis yang khusus tidak dapat ditarik kesimpulanya
Contoh:
            “Sebagai siswa SMU 100 adalah peserta lomba.”
            “Sebagai warga gang kelinci adalah siswa SMU 100.’
“Bisakah disimpulkan bahwa sebagian warga Gang Kelinci adalah peserta lomba?”

g.      Bila salah satu premisnya khusus, kesimpulan akan bersifat khusus
Contoh:
            “Semua siswa SMU 100 sudah memiliki seragam pramuka.”
            “Sebagian warga Gang Kelinci adalah siswa SMU 100.”
            “Jadi sebagai warga Gang kelinci memiliki seragam pramuka.”
h.      Dari premis mayor khusus dan premis minor negatif tiak dapat ditarik kesimpulan
Contoh:
            “Beberapa siswa SMU 100 adalah pesilat.”
            “Tidak satupun warga Gang Durian adalah SMU 100.”
Bisakah disimpulkan (dipastikan) bahwa sebagian warg Gang Durian adalah pesilat?
2)      Sologisme Hipotesis
Merupakan sologisme yng terdiri atas premis mayor yang berproposisi kondisional hipotesis. Pada sologisme hipotesis ini, bila premis minornya membenarkan anteseden, maka maka kesimpulan akan membenarkan konsekuen. Bila premis minornya menolak anteseden, maka kesimpulan akan menolak konsekuen.
Contoh:
                  “Jika kertas di bakar, maka kertas akan hangus”
                  Kertas dibakar.
                  Jadi, kertas hangus.
                  “jika kertas di bakar, kertas akan hangus”
                  Kertas tidak dibakar.
                  Kertas tidak hangus.
3)      Sologisme Alternatif
Sologisme ini ditandai dengan premis mayor alternatif. Jika premisnya minornya membenarkan salah satu alternatif, kesimpulannya akan menolak alternatif lain.
Contoh:
                  “Dia seorang guru atau pengusaha.”
                  Dia seorang guru.
                  Jadi, dia buka seorang pengusaha.
                  “Dia seorang guru atau pengusaha.”
                  Dia bukan seorang guru.
                  Jadi, dia seorang pengusaha.
4)      Entimen
Biasanya, dalam penarikan kesimpulan mengeksplesitkan premis mayor, karena telah diketahuinya sifat dalam premis mayor tersebut. Denga demikian yang dikemukakan hanya premis minor dan kesimpulannya. Hal itu yang di sebut dengan entimen.
Contoh:
                  “Semua peserta upacara ikut berbaris”
                  Raehani adalah peserta upacara.
                  Jadi, Raehani ikut berbaris.

2.     Penalaran Induktif
Penalaran induktif merupakan penalaran yang bertolak dari pernyataan-pernyataan khusus (premis) untuk menghasilkan kesimpulan yang umum.
a.       Generalisasi
Merupakan proses penalaran yang bertupu pada beberapa pernyataan yang mempunyai sifat tertentu unutk mengasilkan kesimpulan yang umum.
Contoh:
                  “Jika dipanaskan, kawat memuai.”
                  “Jika dipanaskan, tembaga memuai.”
                  “Jika dipanaskan, besi memuai.”
                  Jadi, jika dipanaskan, benda logam memuai.
Untuk mendapatkan kesimpilan yang terpercaya dalan generalisasi harus diperhatikan:
1)      Data harus memadai jumblahnya.
2)      Data harus mewakili keseluruhan.
3)      Pengecualian harus diperhitungkan karena data yang mempunyai sifat khusus tidak dapat digunakan.
b.      Analogi
Merupakan proses penalaran denga cara  membandingkan dua hal yang mempunyai sifat yang sama atau memiliki kemiripan dalah hal-hal tertentu.
Analogi dapat lebih mejelaskan suatu yang belum atau kurang dikenal dengan menghadirkan dengan yang sudah dikenal. Misalnya, untuk memberi penjelasan manajemen sekolah, seseorang dapat menganalogikan dengan sebuah konser musik. Bagamana seorang kepala sekolah dipersamakan dengan dirigen (konduktor), dan para guru dipersamakan dengan musisi dalam konser.
c.       Hubungan Kasual
Hubungan kasual adalah bentuk penalaran dengan cara mengaitkan gejala-gejala yang saling berhubungan dalam hukum kausalitas. Leucippus (filosof Yunani) mengatakan bahwa tidak ada satupun hal tanpa sebab.
Penalaran ini bertolak dari sebab akibat atau sebab akibat. Misalnya, bila kita bakar kayu akan timbul asap.
Dalam bentuk lain, hubungan sebab-akibat dibangun dalam proses yang melibatkan lebih dari sekedar hubungan dua unsur. Untuk ini, dapat dicontohkan metode agremen: jika dua atau lebih dalam suatu gejala terdapat satu dan hanya satu kondisi yang dapat, maka kondisi itu dapat diterima sebagai penyebab.
P Q R        menghasilkan Y
Q S T         menghasilkan Y
Oleh karena itu, Q menghasilkan Y
Dapat pula dilakukan dengan metode deference.
RT  U menghasilkan Z
RU menghasilkan Z
Maka T-lah yang menghasilkan Z
Hubungan kasual dapat berbentuk akibat-akibat. Penalaran demikian tidak menyiratkan sebab, walaupun penyebabnya ada. Peristiwa akibat dijadikan dasar untuk menyimpulkan akibat yang lain.
“Sekujur tubuh budi basah kuyup, pasti sepeda motornya juga kotor.”
Pola penalrannya
A menyebabkan B
A menyebabkan C
dalam pola ini, peristiwa B disikapi sebagi data dan peristiwa C merupakan kesimpulan. A sebagi penyebab tidak dieksplesitkan.





















Daftar Pustaka

Tim Dosen. 2010. Bahasa Indonesia untuk karangan ilmiah. UMM Press. Malang


http://id.wikipedia.org/wiki/Silogisme (Sabtu, 3 Maret 2012. 16:50 wita)

http://www.gudangmateri.com/2011/06/penalaran-deduktif-dan-induktif-dalam.html
(Sabtu, 3 Maret 2012. 17:24 wita)