Kata Pengantar
Segala puji dan
syukur kepada Allah SWT yang telah memberi kemudahan menyelesaikan makalah ini
dalam kurun waktu yang telah ditentukan. Tanpa pertolongan-Nya, tentu kami
tidak akan sanggup menyelesaikan dengan baik.
Makalah ini kami
susun berdasarkan tugas dari mata kuliah “Penulisan Karya Ilmiah”. Dalam
makalah yang kami susun akan membahas tentang Penalaran Dalam Meyusun Skripsi.
Berdasarkan dari berbagai sumber yang kami peroleh tentang jenis-jenis
penalaran dan pengertiannya beserta contoh,
kami berharap dapat membantu mahasiwa dalam menyusun skripsi.
Selain itu, kami mengucapkan terima
kasih kepada Dosen Pembimbing mata kuliah Penulisan Karya Ilmiah yang telah mendidik
kami, serta kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan
penyususnan laporan ini.
Semoga makalah ini
dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca. Kami sadar, dalam
makalah ini masih memiliki kekurangan. Untuk itu, kami mohon saran dan
kritiknya. Terima kasih.
Penyusun
……………………………
ASPEK
PENALARAN
a. Pengantar
konseptual
Dalam
komunikasi, penyampaian gagasan terwujud dalam uraian atau rentetan. Pernyataan
satu disambung atau dirangkaikan dengan pernyataan lainya. Dalam kenyataan
tersebut, bisa jadi seorang merasakan berjalan lancar-lancar saja, tetapi
seseorang yang lain menrasakan adanya peristiwa yang menyiksa. Kebahasaan maupun (memilih kata, struktur kalimat, dll.
) maupun kualitas pikir yang menunjukan pada satu proses yang dihasilkanya gagasan. Gagasan ini terjadi karena dalam
menulis atau berpidato, seorang tidak cukup hanya menyampaikan
ilustrasi-ilustrasi.
b.
Proposisi dan Term
Dalam
penelaran , seorang akan menerima data atau fakta yang benar dan tentu saja akan menolak data atau fakta
yang beum jelas kebenaranya. atau yang dapat digunakan (dioperasikan) dalam
penalaran harus terumuskan dalam kalimat pernyataan (kalimat barita yang
netral), yang disebut proposisi terbangun
karena adanya unsur yang disebut
term. Term adalah kata atau
kelompok kata yang dapat dijadikan
subjek atau predikat dalam sebuah kalimat proposisi.dengan demikian, proposisi
adalah pernyataan tentang hubungan yang terdapat dalam subjek dan predikat.
Contoh:
Semua kaca bisa pecah
(proposisi)
Semua kaca (term)
Bisa pecah (term)
Hal yang menjadi
catatan adalah proposisi harus berupa kalimat berita. Dalam kalimat ini pula
harus dapat ditunjuksn kelompok subjek (s) dan kelompok predikat (p).
Ada empat jenis proposisi yang di ungkap oleh Eluer
yang di sebut sebagai Lingkaran Euler:
1.
Subjek (S) sama
denga perangkat yang terdpat dalam predikat (P).
Semua S adalah semua P
“Semua yang sehat adalah
semua yang tidak sakit.”
2.
Subjek menjadi
bagian dari perangkat predikat.
Semua S adalah P
“Semua ayam bersayam.”
sebaliknya, suatu perangkat
predikat merupakan dari perangkat subjek.
Sebagian S adalah P
“Sebagian kendaraan adalah
sepeda.”
3.
Subjek berada di
luar perangkat predikat.
Tidak satupun S adalah P
“Tidak
seorangpun manusia adalah binatang.”
4.
Sebagian
perangkat yang tercakup dalam subjek berada di luar perangkat predikat.
Sebagian S tidaklah P
“Sebagian
unggas tidaklah terbang.”
c. Jenis-Jenis proposisi
1.
Berdasarkan
bentuk
Berdasarkan bentuk, proposisi dapat
dibedakan dalam proposisi tunggal dan proposisi majemuk. Proposisi tunggal
merupakan proposisi yang terdiri atas satu pernyataan.
Contoh:
“Semua
pelajar harus giat menuntut ilmu.”
Adapun proposisi majemuk merupakan
proposisi yang secara subtansial mengandung dua (atau lebih)
pernyataan.
Contoh:
“Semua pelajar harus giat menuntut ilmu dan berdisiplin.”
2.
Berdasarkan
sifat
Berdasarkan sifat, preposisi dapat
dibedakan kedalam proposisi kategorial dan preposisi kondisional. Pada proposisi kategorial,
hubungan subjek dan predikat terjadi dengan tampa syarat.
Contoh:
“Semua
burung bisa terbang.”
“Sebagian
binatang tidak berkaki.”
Pada proposisi kondisional, hubungan
subjek dengan predikat terjadi dengan syarat.
Contoh:
“Jika
terus ditebangi, hutan kita pasti gundul.”
“Kalau
tidak dipotong , rambut akan panjang.”
Pada proposisi terdapat
bagian sebagai penyebab dan sebagian akibat. Yang penyebab disebut
anteseden dan begian akibat disebut konsekuen. Proposisi kondisional
tersebut dsebut proposisi kondisional hipotesis. Disamping itu terdapat pula
proposisi kondisional disjungsi, yaitu proposisi kondisional yang mengemukakan
pilihan.
Contoh:
WR Rendra adalah
seorang sastrawan atau budayawan.
3.
Berdasarkan
kualitas
Berdasakan kualitasnya, proposisi dapat
dibedakan menjadi proposisi positif (afirmatif) dan proposisi negatif. pRoposisi positif
adalah yang memb-enarka adanya
persesuaian antara subjek dan predikat. Contoh:
“Mahasiswa
adalah kaum pelajar.”
Adapun proposisi negatif adalah proposisi yang menyatakan bahwa antara
subjek dan predikat tidak ada hubungan.
Contoh:
“Sebagian
buah tidak berasa manis.”
4.
Berdasarkan
kuantitas
Berdasarkan kuantitasnya, proposisi
dapat dibedakan ke dalam proposisi
unifersal dan proposisi khusus. Pada proposisi
universal, predikat membenarkan atau mengingkari seliruh subjek.
Contoh:
“Semua yang belajar di
perguruan tinggi adalah mahasiswa.”
“Tidak satupun binatang di Taman Safari dibiarkan kelaparan.”
“Semua harta yayasan ini bukan milik
pribadi.”
Kata-kata penanda proposisi universal
antara lain adalah:
a. Universal
positif : semua, setiap, mising-masing, apapun
b. Universal
negatif : tidak satupun, tidak sedikitpun, tak
seorangpun.
Pada proposisi khusus, predikat
membenarkan atau mengingkari sebagian subjek.
Contoh:
“Sebagian
orang mementingkan dirinya sendiri.”
“Tidak
semua pegawai menyisihkan
gajinya untuk ditabung.”
“Beberapa
kasus korupsi telah disidangkan.”
Kata-kata penanda proposisi khusus
antara lain:
a. Khusus
positif : sebagai, beberapa, sering,
kadang-kadang
b. Khusus
negatif : tidak semua, tidak
selurunya.
d. Prosedur
Penalaran
Proses
penalaran merupakan tatalaksana proses penalaran hiingga diperolehnya
kesimpulan. Dalam kaitan ini, terdapat penalaran yang berproses (1) secara
deduktif dan (2) secara deduktif.
1. Penalaran
Deduktif
Penalaran
deduktif dilakukan dengan cara
bertolak
dari pernyataan yang bersifat umum untuk menghasilkan kesimpulan yang lebih
khusus. Proposisi tempat penarikan kesimpulan tersebut disebut premis. Selain
itu, proses penarikan kesimpulan dapat dilakukan secara langsung atau tidak
langsung. Dikatakan penarikan secara langsung bila ditarik dari satu premis,
sedangkan bila ditarik dari dua premis disebut secara tidak langsung.
a.
Menarik
kesimpulan secara langsung
1) Konversi
Merupakan penarikan
kesimpulan secara langsung dengan prinsip-prinsip sebagai berikut.
a. Subjek
premis menjadi predikat kesimpulan
b. Predikat
premis menjadi subjek kesimpulan.
c. Kualitas
premis sama dengan kualitas kesimpulan.
d. Term yang tidak tersebar dalam premis juga tidak
tersebar pada kesimpulan.
Pada proposisi universal afirmatif, polanya sebagi
berikut:
Semua S adalah P (premis)
Sebagian P adalah S (kesimpulan)
Contoh:
“Semua
kursi itu tempat duduk.”
(premis)
“Sebagian
tempat duduk adalah kursi.”
(kesimpulan)
Pada
proposisi universal negatif, polanya sebagai berikut.
Tidak
satupun S adalah P. (premis)
Sebagi
P adalah S. (kesimpulan)
Contoh:
“Tak
gajah adalah serangga.”
(premis)
“Tak
satupun serangga adalah gajah.”
(kesimpulan)
Pada
proposisi khusus alternatif, polanya sebagai berikut.
Sebagian
s adalah p. (premis)
Sebagian
P adalah S. (kesimpulan)
Contoh:
“Sebagian
pegawai adalah orang yang jujur.”
(premis)
“Sebagian
orang yang jujur adalah pegawai.”
(kesimpulan)
Pada
konversi, penarikan kesimpulan tidak dapat dilakukan dengan proposisi khusus negatif.
2) Oversi
Observasi merupakan
cara penarikan kesimpulan secara langsung dengan prinsip-prinsip sebagai
berikut.
a. Subjek
premis sama dengan subjek kesimpulan.
b. Predikat
kesimpulan kontradiktori dengan predikat premis.
c. Kualitas
kesimpulan kebalikan dari kualitas premis.
d. Kuantitas
kesimpulan sama dengan kuantitas premis.
Pada
proposisi universal afirmatif, polanya adalah.
Premis :
semua S adalah P
Kesimpulan : tidak satupun S adalah tak P
Contoh:
“Semua
rudal adalah senjata berbahaya.”
“Tidak
satupun rudal bukan senjata berbahaya.”
Pada
proposisi universal negatif, polanya adalah
Premis : tidak satupun S adalah P.
Kesimpulan : semua S adalah tak P.
Contoh:
“Tidak
satupun siswa laki-laki lulus ujian.”
“Semua
yang lulus ujian bukan siswa .”
Pada
proposisi khusus afirmatif, polanya adalah sebagai berikut.
Premis : sebagaian S adalah P.
Kesimpulan : sebagian P tidaklah P.
Contoh:
“Beberapa
peserta demonstrasi adalah mahasiswa.”
“Beberapa
peserta demonstasi adlah bukan mahasiswa.”
Pada
proposisi khusus negatif , polanya
adalah sebagai berikut.
Premis : sebagian S tidaklah P.
Kesimpulan : sebagian S adalah P.
Contoh:
“Sebagian
mobil adalah bukan barang impor.”
“Sebagian
mobil adalah barang impor.”
3)
Kontra Posisi
Kontra posisi merupakan
jenis pengambilan kesimpulan dengan prinsip-prinsip sebagai berikut.
a. Subjek
kesimpulan adalah kontra diktori predikat premis.
b. Predikat
kesimpulan adalah subjek premis
c. Kualitas
kesimpulan tidak sama dengan dengan kualotas premis.
d. Tidak
ada term yang terbesar.
Pada
proposisi universal avirmatif, polanya adalah sebagai berikut.
Premis : semua S adalah P
Kesimpulan : tidak satupun S tidaklah P
Kesimpulan : tidak satupun tak P adalah S
Contoh:
“Semua gajah adalah
berbelai.”
“Tidak satupun gajah
adalah tak berbelalai.”
“Tidak satupun (yang)
tak berbelalai adalah gajah.”
Preposisi
universal negatif, polanya sebagai berikut.
Premis : tidak satupun S adalah P
Kesimpulan : semua S adalah tak P
Kesimpulan : sebagian tak P adalah S
Contoh:
“Tak seorang pun pejabat
miskin.”
“Semua pejabat tak
miskin.”
“Sebagian yang tak
miskin adalah pejabat.”
Contoh:
“Sebagian
jembatan bukan besi.”
“sebagian
jembatan tak besi.”
“Sebagian yang
tak bisi adalah jembatan.”
b. menarik
kesimpulan secara tidak langsung
penalaran deduksi dalam
buntuk penarikan kesimpulan secara tdk langsung memerlukan dua premis sebagai
data. Premis pertama bersifat umum dan premis kedua bersifat khusus.
Beberapa jenis penalaran
deduksi dengan penarikan kesimpulan secara tidak langsung adalah sebagai
berikut.
1)
Silogisme
kategorial
Silogisme
kategorial terdiri atas dua proposisi sebagai premis dan satu proposisi sebagai
kesimpulan. Premis yang bersifat umum disebut premis mayor, sedangkan premis
yang bersifat khusus disebut premis minor. Adapun dalam kesimpulan terdapat
subjek dan predikat.
Subjek
kesimpulan disebut term minor, sedangkan predikat kesimpulan disebut term
mayor.
Contoh:
“Semua binatang sejenis jantan dan betina” (premis
mayor)
“Sapi adalah binatang” (premis miinor)
“Jadi, sapi berjenis jantan dan betina” (kesimpulan)
Aturan umum silogisme kategorial adalah sebagai
berikut.
(a)
Silogisme
terdiri atas tiga premis, yaitu premis mayor,premis minor, dan kesimpulan.
(b)
Silogisme harus
terdiri atas tiga term (mayor, minor, dan penengah).
Contoh:
“Semua binatang berjenis jantan dan betina.”
“Sapi adalah binatang.”
“Jadi, sapi berjenis jantan dan betina.”
Term meyor :
berjenis jantan dan betina
Term minor :
sapi
Term penengah :
binatang
c. Dua premis
yang negatif tidak menghasilkan kesimpulan
Contoh:
“Semua harimau bukan burung.”
“Tidak seekor sumut pun harimau.”
“Bagaimana kesimpulanya?”.
d. Bila salah
satu premisnya nrgatif, kesimpulan pasti negatif
Contoh:
“Tak
seekor gajahpun adalah musang.”
“Semua
gajah berbelalai.”
“Sadi,
tak seekor musangpun berbelalai.”
e. Fremis yang
afirmatif akan menghasilkan kesimpulan yang afirmatif
Contoh :
“Semua peserta diskusi adalah
mahasiswa.”
“Reni adalah peserta diskusi.”
“jadi, reni adalah mahasiswa.’
f. Dari dua
premis yang khusus tidak dapat ditarik kesimpulanya
Contoh:
“Sebagai
siswa SMU 100 adalah peserta lomba.”
“Sebagai
warga gang kelinci adalah siswa SMU 100.’
“Bisakah
disimpulkan bahwa sebagian warga Gang Kelinci adalah peserta lomba?”
g. Bila salah
satu premisnya khusus, kesimpulan akan bersifat khusus
Contoh:
“Semua
siswa SMU 100 sudah memiliki seragam pramuka.”
“Sebagian
warga Gang Kelinci adalah siswa SMU 100.”
“Jadi
sebagai warga Gang kelinci memiliki seragam pramuka.”
h. Dari premis
mayor khusus dan premis minor negatif tiak dapat ditarik kesimpulan
Contoh:
“Beberapa
siswa SMU 100 adalah pesilat.”
“Tidak
satupun warga Gang Durian adalah SMU 100.”
Bisakah disimpulkan (dipastikan) bahwa sebagian warg
Gang Durian adalah pesilat?
2)
Sologisme
Hipotesis
Merupakan
sologisme yng terdiri atas premis mayor yang berproposisi kondisional
hipotesis. Pada sologisme hipotesis ini, bila premis minornya membenarkan
anteseden, maka maka kesimpulan akan membenarkan konsekuen. Bila premis
minornya menolak anteseden, maka kesimpulan akan menolak konsekuen.
Contoh:
“Jika kertas di bakar, maka
kertas akan hangus”
Kertas dibakar.
Jadi, kertas hangus.
“jika kertas di bakar, kertas
akan hangus”
Kertas tidak dibakar.
Kertas tidak hangus.
3)
Sologisme
Alternatif
Sologisme
ini ditandai dengan premis mayor alternatif. Jika premisnya minornya
membenarkan salah satu alternatif, kesimpulannya akan menolak alternatif lain.
Contoh:
“Dia seorang guru atau
pengusaha.”
Dia seorang guru.
Jadi, dia buka seorang
pengusaha.
“Dia seorang guru atau
pengusaha.”
Dia bukan seorang guru.
Jadi, dia seorang pengusaha.
4)
Entimen
Biasanya,
dalam penarikan kesimpulan mengeksplesitkan premis mayor, karena telah
diketahuinya sifat dalam premis mayor tersebut. Denga demikian yang dikemukakan
hanya premis minor dan kesimpulannya. Hal itu yang di sebut dengan entimen.
Contoh:
“Semua peserta upacara ikut
berbaris”
Raehani adalah peserta
upacara.
Jadi, Raehani ikut berbaris.
2. Penalaran Induktif
Penalaran induktif merupakan penalaran yang bertolak
dari pernyataan-pernyataan khusus (premis) untuk menghasilkan kesimpulan yang
umum.
a.
Generalisasi
Merupakan
proses penalaran yang bertupu pada beberapa pernyataan yang mempunyai sifat
tertentu unutk mengasilkan kesimpulan yang umum.
Contoh:
“Jika dipanaskan, kawat
memuai.”
“Jika dipanaskan, tembaga
memuai.”
“Jika dipanaskan, besi
memuai.”
Jadi, jika dipanaskan, benda
logam memuai.
Untuk
mendapatkan kesimpilan yang terpercaya dalan generalisasi harus diperhatikan:
1)
Data harus
memadai jumblahnya.
2)
Data harus
mewakili keseluruhan.
3)
Pengecualian
harus diperhitungkan karena data yang mempunyai sifat khusus tidak dapat
digunakan.
b.
Analogi
Merupakan
proses penalaran denga cara
membandingkan dua hal yang mempunyai sifat yang sama atau memiliki
kemiripan dalah hal-hal tertentu.
Analogi
dapat lebih mejelaskan suatu yang belum atau kurang dikenal dengan menghadirkan
dengan yang sudah dikenal. Misalnya, untuk memberi penjelasan manajemen
sekolah, seseorang dapat menganalogikan dengan sebuah konser musik. Bagamana
seorang kepala sekolah dipersamakan dengan dirigen (konduktor), dan para guru
dipersamakan dengan musisi dalam konser.
c.
Hubungan Kasual
Hubungan
kasual adalah bentuk penalaran dengan cara mengaitkan gejala-gejala yang saling
berhubungan dalam hukum kausalitas. Leucippus (filosof Yunani) mengatakan bahwa
tidak ada satupun hal tanpa sebab.
Penalaran
ini bertolak dari sebab akibat atau sebab akibat. Misalnya, bila kita bakar
kayu akan timbul asap.
Dalam
bentuk lain, hubungan sebab-akibat dibangun dalam proses yang melibatkan lebih
dari sekedar hubungan dua unsur. Untuk ini, dapat dicontohkan metode agremen: jika dua atau lebih
dalam suatu gejala terdapat satu dan hanya satu kondisi yang dapat, maka
kondisi itu dapat diterima sebagai penyebab.
P
Q R menghasilkan Y
Q
S T menghasilkan Y
Oleh
karena itu, Q menghasilkan Y
Dapat
pula dilakukan dengan metode deference.
RT U menghasilkan Z
RU
menghasilkan Z
Maka
T-lah yang menghasilkan Z
Hubungan
kasual dapat berbentuk akibat-akibat. Penalaran demikian tidak menyiratkan
sebab, walaupun penyebabnya ada. Peristiwa akibat dijadikan dasar untuk
menyimpulkan akibat yang lain.
“Sekujur
tubuh budi basah kuyup, pasti sepeda motornya juga kotor.”
Pola
penalrannya
A
menyebabkan B
A
menyebabkan C
dalam
pola ini, peristiwa B disikapi sebagi data dan peristiwa C merupakan
kesimpulan. A sebagi penyebab tidak dieksplesitkan.
Daftar Pustaka
Tim Dosen. 2010.
Bahasa Indonesia untuk karangan ilmiah.
UMM Press. Malang
http://darkgloves.blogspot.com/2011/03/penalaran-deduktif.html (Kamis,
1 Maret 2012. 15:07 wita)
http://taufiqrachmanug25.blogspot.com/2011/10/penalaran-deduktif-dan-induktif.html (Kamis, 1 Maret 2012. 18:32 wita)
http://www.gudangmateri.com/2011/06/penalaran-deduktif-dan-induktif-dalam.html (Sabtu, 3 Maret 2012. 17:24 wita)
dalam tahap belajar
BalasHapus