Klausa Independen
Dalam Bahasa Jawa
Laporan
Disusun
Sam Devi Adiyatno
A 111 09 015
PENDIDIKAN BAHASA SASTRA
INDONESIA DAN DAERAH
BAHASA DAN SENI
FAKULTAS KEGURUAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TADULAKO
2011
Pendahuluan
1.1 Latar belakang
Bangsa Indonesia
merupakan bangsa yang kaya akan budaya. Berbagai budaya pun telah tersebar keseluruh
penjuru nusantara dari Sabang hingga Merauke. Salah satu komponen utama budaya
tersebut adalah bahasa. Bahasa yang merupakan alat untuk berkomunikasi atau
berinteraksi sesama manusia dalam kehidupan sehari-hari.
Bahasa Indonesia
memiliki struktur bahasa yang unik dan sederhana, susunan dalam bahasa
Indonesia pada dasarnya menerapkan pola (SPOK). Dimana pola tersebut (S)
sebagai subjek yang berisi nomina atau kata benda, (P) sebagai predikat yang
berisi verba atau kata kerja, (O) sebagai objek yang berisi nomina atau kata
benda, dan (K) sebagai keterangan yang berisi adjektiva (katerangan sifat),
atau adverbia (keterangan tempat/waktu). Selain bahasa Indonesia, banyak
bahasa-bahasa nusantara yang memiliki keunikan dalam struktur bahasanya.
Bahasa Jawa yang
merupakan salah satu bahasa nusantara dari ratusan bahasa dearah yang ada di
Indonesia juga memiliki kemiripan struktur dengan bahasa Indonesia. Struktur yang
digunakan adalah pola (SPOK), khalayak bahasa Indonesia. Hanya saja bahasa
Indonesia dan bahasa Jawa berbeda perbendaharaan katanya walau ada beberapa
yang sama.
Bahasa Jawa sudah
tidak asing lagi bagi sebagian besar penduduk Indonesia, bahkan disetiap
pulau-pulau besar yang tersebar bisa dijumpai masyarakat suku Jawa yang
menggunakan bahasa Jawa. Selapas dari itu, masih banyak masyarakat yang belum
tahu bagaimana struktur bahasa Jawa, bahkan masyarakat yang sudah menggunakan
bahasa Jawa itu sendiri, khususnya di daerah luar pulau Jawa.
Berdasarkan
observasi penulis, bahwa bahasa Jawa perlu dibina dan dilestarikan agar
terpelihara keberadaannya dikalangan masyarakat suku Jawa yang berada di luar
daerah pulau Jawa. Hal tersebut dikarenakan banyak dari sebagian suku Jawa yang
kurang mengetahui bagaimana bahasa Jawa itu, khususnya bagi anak-anak yang
lahir di luar pulau Jawa. Bukan hanya untuk kepentingan suku Jawa saja agar
mengatahui tentang bahasanya sendiri, tetapi lebih dari itu untuk menambah
pengetahuan bagi siapa saja yang tertarik mempelajari struktur bahasa Jawa.
Pada kesempatan
ini, penulis membahas tentang struktur klausa independen bahasa Jawa. Penulis sengaja
memilih bahasa Jawa secara umum, dengan alasan untuk mempermudah penyusunan
laporan ini, karena bahasa tersebut yang dikuasai oleh penulis dan pada umumnya
dimengerti oleh masyarakat suku Jawa.
Dalam laporan ini,
penulis akan mengelompokkan dan memberikan contoh struktur klausa independen
yang terdapat dalam bahasa Jawa. Secara umum, klausa dibedakan menjadi tiga,
yaitu (1) intransitif, (2) transitif, dan (3) ekuatif.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar
belakang yang telah dikemukakan, maka yang menjadi permasalahan dalam
penyusunan laporan ini adalah struktur klausa independen yang terdapat dalam
bahasa Jawa secara umum.
1.3 Tujuan Penelitian
Secara umum tujuan dalam
penyusunan laporan ini untuk memperoleh deskripsi struktur klausa independen.
Secara khusus tujuan penusunan laporan ini untuk mendeskripsikan struktur
klausa independen yang terkandung dalam bahasa Jawa. Serta dalam upaya menyelesaikan
tugas yang telah diberikan oleh pembimbing mata kuliah “Sintaksis II”.
Kajian Pustaka
Klausa merupakan
satuan gramatikal yang terdiri atas (S) subjek, (P) predikat, baik disertai (O)
objek, (Pel) pelengkap, atau (Ket) keterangan. Namun kontituen seperti objek,
pelengkap, dan keterangan bersifat manasuka, artinya boleh ada atau boleh juga
tidak ada. Hal tersebut dapat dipertegas oleh pendapat (Garantjang, 1986:95)
yang menjelaskan klausa adalah rangkaian (string) tagmen yang berisi satu
predikat. Secara eksternal klausa menjadi pengisi slot basis pada level
kalimat. Sedangkan struktur internalnya atau susunan unsur-unsurnya terdiri
dari subjek (s), predikat (P), objek (O), dan ajung (Ajg). Kontituen-kontituen
ini merupakan slot-slot yang berisi tagmen-tagmen yang bersifat frase
endosentris dan eksosentris.
Tataran klausa
lebih tinggi (besar) dari frase dan dibawah (kecil) konstruksi kalimat, jadi
klausa berada diantara frase dan kalimat. Pernyataan tersebut sejajar dengan
dengan pendapat Kuntjono (1982:58) yang menyatakan bahwa klausa adalah
kontituen kalimat yang disusun oleh frase/kata yang mempunyai predikat. Dan
Ramlan menambahkan (1981:162) klausa adalah satuan gramatikal yang terdiri atas
predikat, baik disertai oleh subjek, objek, pelengkap, dan keterangan maupun
tidak.
Cokk (dalam Rahim,
1987:65) menjelaskan bahwa berdasarkan distribusi kata atau frase, klausa
dibedakan menjadi dua, yaitu klausa bebas dan klausa terikat. Oleh Trigan
(1989:78) istilah bebas diartikan klausa independen sedangkan klausa terikat
sama artinya dengan klausa dependen. Pendapat tersebut juga dipertegas oleh Sumarlam (2008:35) mennjelaskan klausa terbagi atas klausa
bebas dan klausa terikat. Klausa bebas ialah klausa yang mempunyai unsur-unsur
lengkap, setidak-tidaknya terdiri atas subjek dan predikat.
Klausa bebas sendiri terbagi atas tiga bentuk yaitu klausa
transitif, intransitif dan ekuatif. Klausa transitif menurut Sumarlam (2008:
35) ialah klausa yang predikatnya berupa kata kerja transitif, yaitu kata kerja
yang membutuhkan objek.
Klausa intransitif adalah klausa yang predikatnya berupa
kata kerja intransitif, yaitu kata kerja yang tidak membutuhkan objek. Sumarlam
(2009: 36) mengatakan bahwa klausa bebas juga terbagi atas klausa ekuatif .
Klausa ekuatif ialah klausa yang predikatnya berupa kata benda atau kata
keadaan yang menerangkan subjek.
Hasil dan Pembahasan
Klausa independen merupakan klausa bebas, artinya klausa
yang berpotensi menjadi suatu kalimat minor. Klausa ini didalamnya mengandung
subjek dan predika, sebagai penanda intinya, naumun busa terdapat unsure objek
dan keterangan dan dikatakan sebagai kalimat sempurna.
Klausa independen dibedakan menjadi tiga bagian yakni klausa
intransitif, transitif, dan ekuatif. klausa intransitif adalah klausa klausa
yang tidak memerlukan objek, klausa transitif adalah klausa yang memerlukan
objek, dan klausa ekuatif adalah klausa yang predikatnya berupa kata benda yang
menerangkan subjek.
3.1
Klausa Intransitif
Menurut Ramlan (1987:88) bahwa klausa intransitif yaitu kata
kerja yang tidak memerlukan onjek, tidak diikuti objek. Dalam bahasa jawa bisa
dijumpai klausa intransitif yang strukturnya sebgai berikut.
Pak lek lunggoh
S: F.N P: F.Vi
Paman duduk
Banyu mili
S: F.N P: F.Vi
Air mengalir
Jono ngantok
S: F.N P: F.Vi
Jono mengantuk
Bejo adus
S: F.N P: F.Vi
Bejo mandi
Mak’ku ngguyu
S: F.N P: F.Vi
Ibuku tertawa
Jalal tibo
S: F.N P:F. Vi
Jalal jatuh
Cipto ngrokok
S: F.N P: F.Vi
Cipto merokok
Sisika nules
S: F.N P: F.Vi
Sisika menulis
Selain
contoh di atas, terdapat juga klausa intransitif yang memilki ajung atau
keterangan. Hal tersebut dapat dilihat di bawah ini.
Rahmat adus neng
kali
S: F.N P: F.Vi A: F.Prep
Rahmat mandi di sungai
Cipto turu neng pawon
S: F.N P: F.Vi A: F.Prep
Cipto tidur di dapur
Fandi lunggoh neng mejo
S: F.N P: F.Vi A: F.Prep
3.2 Klausa Transitif
Klausa
ini merupakan klausa yang membutuhkan objek, Rahim (1987/88:66) menyatakan
bahwa klausa transitif adalah bahasa yang mengandung kata kerja transitif,
yaitu kata kerja yang mempunyai kapasitas memiliki satu atau lebih objek. Unsur
penting dalam klausa ini adalah subjek, predikat, dan objek.
Klausa
ini mempunyai tiga komponen inti, dua frase nomina, dan satu frase verba. Frase
nomina sebagai pelaku atau subjek (F.N1), sedangkan frase nomina sebagai peran
penderita atau objek (F.N2). Dalam bahasa Jawa bentuk klausa transitif dapat
dilahat seperti dibawah ini.
Paijo nggawe kopi
S: F.N1 P: F.Vt O:
F.N2
Paijo membuat kopi
Murni njaet klambi
S: S.F1 P: F.Vt O:
F.N2
Murni menjahit baju
Mase nggolek’i sual
S: F.N1 P: F.Vt O:
F.N2
Kakaku mencari baju
Bude nuku pitek
S: F.N1 P: F.Vt O:
F.N2
Tante membeli ayam
Pak’e mbeleh pitek
S: F.N1 P: F.Vt O:
F.N2
Bapak menyembelih ayam
Ratna nggendong adik’e
S: F.N1 P: F.Vt O:
F.N2
Ratna menggendong adiknya
Sama
halnya klausa intransitif, klausa transitif juga dapat ditambahnkan keterangan
atau ajaung. Bila hal tersebut terjadi maka akan berpotensi kalimat yang
sempurna, dapat dilihat seperti berikut ini.
Ibu’e mbeteti iwak neng
pawon
S: F.N1 P: F.Vt O: F.N2 A:
F.Prep
Ibuku memotong ikan di
dapur
Bulek nggowo anak’e neng
rumah sakit
S: F.N1 P: F.Vt O: F.N2 A:
F.Prep
Tante membawa anaknya ke
rumah sakit
Pak’e nyeneni masku mau
isuk
S: F.N1 P: F.Vt O: F.N2 A:
F.Adv
Ayah memarahi kakaku tadi
pagi
3.3 Klausa Ekuatif
Bila
dilihat sepintas sama dengan klausa transitif, sama-sama mempunyai tiga komponen
inti yaitu dua frase nomina dan satu frase verba. Klausa ini bserisi (S)
subjek, (P) predikat dan atributif (komplemen) yang berisi frase nomina atau
adjektiva. Bisa menggunakan verba akuatif dan bisa tidak ada. Sumarlam (2009:
36) mengatakan bahwa klausa bebas juga terbagi atas klausa ekuatif . Klausa
ekuatif ialah klausa yang predikatnya berupa kata benda atau kata keadaan yang
menerangkan subjek.
Jika
ditinjau dari segi maknanya klausa transitif dan klausa ekuatif memiliki
perbedaan dimana klausa transitif subjeknya bebperan sebagai pelaku, sedangkan
klausa ekuatif subjeknya sebagai penderita. Contoh:
Anak’e dadi polisi
S: F.N P: F.Vek Komp: F.N
Anaknya menjadi polisi
Dalam
klausa ekuatif dapat dibedakan lagi menjadi tiga bentuk, tipe (A), tipe (B),
dan tipe (C).
3.3.1 Tipe (A)
Terdiri
dari slot subjek (S) yang berisi nominaatau frase nomina (F.N), slot predikat
(P) berisi frase verba ekuatif dan slot komplemen berisi dengan nomina atau
frase nomina. Contoh:
dek’e Ø mahasiswa
S: F.N P:
F.Vek Komp: F.N
Mereka adalah
mahasiswa
Ibu’ku Ø guru
S: F.N P:
F.Vek Komp: F.N
Ibuku adalah guru
Masku Ø tani
S: F.N P:
F.Vek Komp: F.N
Kakakku adalah petani
3.3.2 Tipe (B)
Terdiri dari slot subjek yang berisi
nomina, slot predikat berisi verba ekuatif, dan komplemennya frase adjektiva.
Seperti:
Rambute Ø ireng
S: F.N P:
F.Vek Komp: F.A
Rambutnya Ø hitam
Desone Ø rame
S: F.N P:
F.Vek Komp: F.A
Desanya Ø ramai
Ladange Ø resik
S: F.N P:
F.Vek Komp: F.A
Kebunnya Ø bersih
3.3.3Tipe (C)
Klausa
ekuatif jenis ini terdiri dari slot subjek yang berisi frase nomina, predikat berisi
frase verba ekuatif, dan slot komplemen dapat berisi frase adverbial atau berisi
ajung. Misalnya:
Berkomplemen frase
adverbial.
Paklik’e isek enek wingi
S: F.N P: F.Vek Komp: F.Adv
Pamannya masih ada kemarin
Roni enek mau isuk
S: F.N P: F.Vek Komp: F.Adv
Roni ada tadi pagi
Gurune enek sesok
S: F.N P: F.Vek Komp: F. Adv
Gurunya ada besok
Komlemen yang
berisi ajung, sebagai berikut:
Bojone enek neng kamar
S: F.N P:
F.V ek Ajg: F.prep
Suaminya ada di kamar
Jongak isek
enek neng alas
S: F.N P:
F.Vek Ajg: F.prep
Rusa masih
ada di hutan
Asune enek neng latar
S: F.N P:
F.Vek Ajg: F.prep
Anjingnya ada di halaman
Penutup
4.1 Simpulan
Klausa adalah unsur
bahasa yang berada di atas tataran frase dan di bawah tataran kalimat yang
merupakan satuan gramatikal yang terdiri atas (S) subjek, (P) predikat, baik
disertai (O) objek, (Pel) pelengkap, atau (Ket) keterangan. Klausa berpotensi
menjadi kalimat yang utuh atau sempurna.
Klausa berdasarkan strukturnya
dibagi atas dua bagian yaitu klausa bebas yang disebut independen dan klausa
terikat yang dikatakan sebagai klausa dependen. Klausa independen dibedakan
menjadi tiga bentuk yaitu klausa intransitif, klausa transitif, dan klausa
ekuatif.
Klausa intransitif adalah klausa
yang tidak memerlukan objek, namun berpotensi menjadi senuah kalimat. Klausa
transitif kebalikan dari klausa intransitif, kalau klausa transitif memerlukan
objek, subjek sebgai pelaku dan objek sebagi penderita. Klausa ekuatif sama
halnya klausa transitif, bedanya dalam klausa ini subjeknya sebagai penderita
dan predikat diisi dengan nomina atau adjektiva.
4.2 Saran
Dalam upaya mempertahankan
kebudayaan daerah khususnya di bidang bahasa, kita dituntut untuk mampu
melestarikannya. Setiap masyarakat harus memiliki upaya itu agar tidak terjadi
kepunahan.
Melalui hasil laporan ini, penulis berusaha
dalam upaya melestarikan, memperkenalkan, dan memberikan pengetahuan bagi
seluruh masyarakat, terutama dalam bidang pendidikan.
Daftar Pustaka
Adolfina M.
Tulung.2003.”Struktur Klausa Independen Bahasa Toraja Dialek Sa dan Balusu”,
Skripsi Sarjana tak diterbitkan, Universitas Tadulako Palu.
Hertin.2004.”Struktur
Klausa Bahasa Bugis Barru”, Skripsi Sarjana tak diterbitkan, Universitas
Tadulako Palu.
Armianah.2003.”Struktur
Klausa Independen Bahasa Bugis Dialek Bone”, Skripsi Sarjana, Universitas
Tadulako Palu.
Klausa Independen
Dalam Bahasa Jawa
Laporan
Disusun
Sam Devi Adiyatno
A 111 09 015
PENDIDIKAN BAHASA SASTRA
INDONESIA DAN DAERAH
BAHASA DAN SENI
FAKULTAS KEGURUAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TADULAKO
2011
Pendahuluan
1.1 Latar belakang
Bangsa Indonesia
merupakan bangsa yang kaya akan budaya. Berbagai budaya pun telah tersebar keseluruh
penjuru nusantara dari Sabang hingga Merauke. Salah satu komponen utama budaya
tersebut adalah bahasa. Bahasa yang merupakan alat untuk berkomunikasi atau
berinteraksi sesama manusia dalam kehidupan sehari-hari.
Bahasa Indonesia
memiliki struktur bahasa yang unik dan sederhana, susunan dalam bahasa
Indonesia pada dasarnya menerapkan pola (SPOK). Dimana pola tersebut (S)
sebagai subjek yang berisi nomina atau kata benda, (P) sebagai predikat yang
berisi verba atau kata kerja, (O) sebagai objek yang berisi nomina atau kata
benda, dan (K) sebagai keterangan yang berisi adjektiva (katerangan sifat),
atau adverbia (keterangan tempat/waktu). Selain bahasa Indonesia, banyak
bahasa-bahasa nusantara yang memiliki keunikan dalam struktur bahasanya.
Bahasa Jawa yang
merupakan salah satu bahasa nusantara dari ratusan bahasa dearah yang ada di
Indonesia juga memiliki kemiripan struktur dengan bahasa Indonesia. Struktur yang
digunakan adalah pola (SPOK), khalayak bahasa Indonesia. Hanya saja bahasa
Indonesia dan bahasa Jawa berbeda perbendaharaan katanya walau ada beberapa
yang sama.
Bahasa Jawa sudah
tidak asing lagi bagi sebagian besar penduduk Indonesia, bahkan disetiap
pulau-pulau besar yang tersebar bisa dijumpai masyarakat suku Jawa yang
menggunakan bahasa Jawa. Selapas dari itu, masih banyak masyarakat yang belum
tahu bagaimana struktur bahasa Jawa, bahkan masyarakat yang sudah menggunakan
bahasa Jawa itu sendiri, khususnya di daerah luar pulau Jawa.
Berdasarkan
observasi penulis, bahwa bahasa Jawa perlu dibina dan dilestarikan agar
terpelihara keberadaannya dikalangan masyarakat suku Jawa yang berada di luar
daerah pulau Jawa. Hal tersebut dikarenakan banyak dari sebagian suku Jawa yang
kurang mengetahui bagaimana bahasa Jawa itu, khususnya bagi anak-anak yang
lahir di luar pulau Jawa. Bukan hanya untuk kepentingan suku Jawa saja agar
mengatahui tentang bahasanya sendiri, tetapi lebih dari itu untuk menambah
pengetahuan bagi siapa saja yang tertarik mempelajari struktur bahasa Jawa.
Pada kesempatan
ini, penulis membahas tentang struktur klausa independen bahasa Jawa. Penulis sengaja
memilih bahasa Jawa secara umum, dengan alasan untuk mempermudah penyusunan
laporan ini, karena bahasa tersebut yang dikuasai oleh penulis dan pada umumnya
dimengerti oleh masyarakat suku Jawa.
Dalam laporan ini,
penulis akan mengelompokkan dan memberikan contoh struktur klausa independen
yang terdapat dalam bahasa Jawa. Secara umum, klausa dibedakan menjadi tiga,
yaitu (1) intransitif, (2) transitif, dan (3) ekuatif.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar
belakang yang telah dikemukakan, maka yang menjadi permasalahan dalam
penyusunan laporan ini adalah struktur klausa independen yang terdapat dalam
bahasa Jawa secara umum.
1.3 Tujuan Penelitian
Secara umum tujuan dalam
penyusunan laporan ini untuk memperoleh deskripsi struktur klausa independen.
Secara khusus tujuan penusunan laporan ini untuk mendeskripsikan struktur
klausa independen yang terkandung dalam bahasa Jawa. Serta dalam upaya menyelesaikan
tugas yang telah diberikan oleh pembimbing mata kuliah “Sintaksis II”.
Kajian Pustaka
Klausa merupakan
satuan gramatikal yang terdiri atas (S) subjek, (P) predikat, baik disertai (O)
objek, (Pel) pelengkap, atau (Ket) keterangan. Namun kontituen seperti objek,
pelengkap, dan keterangan bersifat manasuka, artinya boleh ada atau boleh juga
tidak ada. Hal tersebut dapat dipertegas oleh pendapat (Garantjang, 1986:95)
yang menjelaskan klausa adalah rangkaian (string) tagmen yang berisi satu
predikat. Secara eksternal klausa menjadi pengisi slot basis pada level
kalimat. Sedangkan struktur internalnya atau susunan unsur-unsurnya terdiri
dari subjek (s), predikat (P), objek (O), dan ajung (Ajg). Kontituen-kontituen
ini merupakan slot-slot yang berisi tagmen-tagmen yang bersifat frase
endosentris dan eksosentris.
Tataran klausa
lebih tinggi (besar) dari frase dan dibawah (kecil) konstruksi kalimat, jadi
klausa berada diantara frase dan kalimat. Pernyataan tersebut sejajar dengan
dengan pendapat Kuntjono (1982:58) yang menyatakan bahwa klausa adalah
kontituen kalimat yang disusun oleh frase/kata yang mempunyai predikat. Dan
Ramlan menambahkan (1981:162) klausa adalah satuan gramatikal yang terdiri atas
predikat, baik disertai oleh subjek, objek, pelengkap, dan keterangan maupun
tidak.
Cokk (dalam Rahim,
1987:65) menjelaskan bahwa berdasarkan distribusi kata atau frase, klausa
dibedakan menjadi dua, yaitu klausa bebas dan klausa terikat. Oleh Trigan
(1989:78) istilah bebas diartikan klausa independen sedangkan klausa terikat
sama artinya dengan klausa dependen. Pendapat tersebut juga dipertegas oleh Sumarlam (2008:35) mennjelaskan klausa terbagi atas klausa
bebas dan klausa terikat. Klausa bebas ialah klausa yang mempunyai unsur-unsur
lengkap, setidak-tidaknya terdiri atas subjek dan predikat.
Klausa bebas sendiri terbagi atas tiga bentuk yaitu klausa
transitif, intransitif dan ekuatif. Klausa transitif menurut Sumarlam (2008:
35) ialah klausa yang predikatnya berupa kata kerja transitif, yaitu kata kerja
yang membutuhkan objek.
Klausa intransitif adalah klausa yang predikatnya berupa
kata kerja intransitif, yaitu kata kerja yang tidak membutuhkan objek. Sumarlam
(2009: 36) mengatakan bahwa klausa bebas juga terbagi atas klausa ekuatif .
Klausa ekuatif ialah klausa yang predikatnya berupa kata benda atau kata
keadaan yang menerangkan subjek.
Hasil dan Pembahasan
Klausa independen merupakan klausa bebas, artinya klausa
yang berpotensi menjadi suatu kalimat minor. Klausa ini didalamnya mengandung
subjek dan predika, sebagai penanda intinya, naumun busa terdapat unsure objek
dan keterangan dan dikatakan sebagai kalimat sempurna.
Klausa independen dibedakan menjadi tiga bagian yakni klausa
intransitif, transitif, dan ekuatif. klausa intransitif adalah klausa klausa
yang tidak memerlukan objek, klausa transitif adalah klausa yang memerlukan
objek, dan klausa ekuatif adalah klausa yang predikatnya berupa kata benda yang
menerangkan subjek.
3.1
Klausa Intransitif
Menurut Ramlan (1987:88) bahwa klausa intransitif yaitu kata
kerja yang tidak memerlukan onjek, tidak diikuti objek. Dalam bahasa jawa bisa
dijumpai klausa intransitif yang strukturnya sebgai berikut.
Pak lek lunggoh
S: F.N P: F.Vi
Paman duduk
Banyu mili
S: F.N P: F.Vi
Air mengalir
Jono ngantok
S: F.N P: F.Vi
Jono mengantuk
Bejo adus
S: F.N P: F.Vi
Bejo mandi
Mak’ku ngguyu
S: F.N P: F.Vi
Ibuku tertawa
Jalal tibo
S: F.N P:F. Vi
Jalal jatuh
Cipto ngrokok
S: F.N P: F.Vi
Cipto merokok
Sisika nules
S: F.N P: F.Vi
Sisika menulis
Selain
contoh di atas, terdapat juga klausa intransitif yang memilki ajung atau
keterangan. Hal tersebut dapat dilihat di bawah ini.
Rahmat adus neng
kali
S: F.N P: F.Vi A: F.Prep
Rahmat mandi di sungai
Cipto turu neng pawon
S: F.N P: F.Vi A: F.Prep
Cipto tidur di dapur
Fandi lunggoh neng mejo
S: F.N P: F.Vi A: F.Prep
3.2 Klausa Transitif
Klausa
ini merupakan klausa yang membutuhkan objek, Rahim (1987/88:66) menyatakan
bahwa klausa transitif adalah bahasa yang mengandung kata kerja transitif,
yaitu kata kerja yang mempunyai kapasitas memiliki satu atau lebih objek. Unsur
penting dalam klausa ini adalah subjek, predikat, dan objek.
Klausa
ini mempunyai tiga komponen inti, dua frase nomina, dan satu frase verba. Frase
nomina sebagai pelaku atau subjek (F.N1), sedangkan frase nomina sebagai peran
penderita atau objek (F.N2). Dalam bahasa Jawa bentuk klausa transitif dapat
dilahat seperti dibawah ini.
Paijo nggawe kopi
S: F.N1 P: F.Vt O:
F.N2
Paijo membuat kopi
Murni njaet klambi
S: S.F1 P: F.Vt O:
F.N2
Murni menjahit baju
Mase nggolek’i sual
S: F.N1 P: F.Vt O:
F.N2
Kakaku mencari baju
Bude nuku pitek
S: F.N1 P: F.Vt O:
F.N2
Tante membeli ayam
Pak’e mbeleh pitek
S: F.N1 P: F.Vt O:
F.N2
Bapak menyembelih ayam
Ratna nggendong adik’e
S: F.N1 P: F.Vt O:
F.N2
Ratna menggendong adiknya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar